Pengertian Personal Selling
Persaingan bisnis dewasa ini
semakin ketat yang mengakibatkan ada pihak yang unggul dan ada pihak yang gagal
dalam persaingan. Pihak yang gagal adalah pihak yang tidak mampu memberikan
sesuatu yang khusus kepada pasar. Sedangkan pihak yang unggul adalah mereka
yang dengan tekun menganalisis kebutuhan, mengidentifikasi peluang, dan
menciptakan tawaran-tawaran yang bernilai untuk konsumen sasaran tertentu
sehingga tidak dapat ditandingi oleh pesaingnya.
Personal
selling (penjualan personal) merupakan suatu bentuk komunikasi dua arah
antara produsen dan konsumen yang bertujuan untuk mempengaruhi calon konsumen
untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan.
Menurut Shimp (1993:609):
“Personal selling is a firm of person to person communication in
wich sales person work with prospec-tive buyer and attemps to influence their
purchase need in direction of his or company’s product service”.
Dalam personal selling (penjualan personal)
terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan (Kotler,2000:224). Keungulan dari personal
selling (penjualan personal) :
1. Adanya konfrontasi langsung, melibatkan
hubungan langsung, dekat, dan interaktif dengan sasaran atau konsumen
2. Keakraban, personal selling (penjualan
personal) memungkinkan segala bentuk hubungan diri tumbuh dari hubungan
penjualan sehingga terjadi suatu persahabatan yang erat.
3. Respon konsumen dapat langsung diketahui
dan ditanggapi
Sedangkan
kelemahan dari personal selling (penjualan personal) :
1. Biaya per kontrak relatif lebih tinggi
bila dibandingkan dengan alat promosi lainnya, karena penjualan tidak secara
masal tetapi secara pribadi
2. Terbatasnya jumlah calon pembeli yang
dapat dihubungi pada suatu tempat dan waktu tertentu
3. Membutuhkan waktu yang senggang untuk
mencari dan menghubungi calon pembeli.
Dalam hal ini Stanton (1997:462)
mengatakan bahwa :
“…personal selling is more flexsible these other promotional tools.
Sales people can tailor their sales presentation to fit the needs and behaviour
of individual customers. They can see their customer’s reaction to a particular
sales approach and them make the necessary adjusments on the spot. Also,
personal selling ussually can be focused on individuals or firms that are know
to be prospective costumers, thus minizing wasted effort in contrast,
advertising, messages are often wasted on people who in no way real prospects. Another advantage
of personal selling isthat goal is to actually make a sale…”.
Secara garis besar
dapat dikatakan bahwa personal selling
(penjualan personal) merupakan suatu
penyajian secara lisan dalam bentuk percakapan antara penjual dengan
satu atau lebih calon konsumen untuk mencapai tujuan penjualan. Pada kegiatan
ini terjadi interaksi langsung antara penjual dengan konsumen dan saling
bertatap muka, sehingga penjual dapat secara langsung memperoleh tanggapan sebagai
umpan balik tentang keinginan dan selera konsumen.
Menurut Kotler (2000:636) personal
selling (penjualan personal) mempunyai langkah-langkah utama dalam proses
penjualan yaitu: mengidentifikasikan konsumen dan memilih pelanggan (Prospecting
and qualifiying), pra-pendekatan (Pre-approach), pendekatan (Approach), presentasi dan demontrasi (Presentation and Demontration),
menanggapi keberataan masalah (Handling Objection), menutup
penjualan (Closing), dan tindak lanjut (Follow Up). Untuk
mendapatkan suatu penjualan yang memadai seorang tenaga penjual/distributor
harus dapat menangani dan menyelesaikan dengan baik setiap tahap proses dalam
penjualan tersebut.
Tahapan–tahapan dalam personal selling
(penjualan personal) ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen/konsumen
terhadap produk yang ditawarkan.
Dalam
upaya merubah perilaku konsumen dari sekedar ingin tahu (Aware),
berminat (Interset), mengevaluasi (Evaluation), mencoba (Trial),
dan menerima produk (Adaption) tenaga penjual/distributor tidak hanya
menjual produk yang bagus dengan harga
yang menarik dan distribusi yang baik, tetapi juga tenaga penjual/distributor
dituntut untuk mengkomunikasikan dengan
semua konsumennya. Dengan demikian terlihat adanya hubungan antara
kegiatan personal selling (penjualan personal) yang dilakukan tenaga
penjual/distributor dengan terbentuknuya sikap konsumen/konsumen terhadap
produk.
Pada
kenyataanya personal selling (penjualan personal) sering dikritik orang
dan memang harus diakui bahwa tugas untuk mengelola kelompok penjual maha berat.
Dalam hal ini tugas para tenaga penjual sangatlah berat karena dalam menjual produk-produknya kepada masyarakat,
mereka harus memperhatikan aspek sosial, moralitas dan aspek persaingan
terhadap usaha sejenis.
Sasaran Personal Selling
Menurut
Still, Cundiff, Govoni (1980:42-44) personal selling (penjualan
personal) mempunyai sasaran kualitatif
dan kuantitatif.
Secara kualitatif, terdiri dari :
1.
Melayani dan memelihara
langganan baru
2.
Mencari dan mendapatkan langganan
baru
3. Memberikan informasi tentang produk dan
aspek-aspek lain dari strategi pemasaran perusahaan kepada para konsumen.
4.
Membantu dan memberikan
saran-saran kepada konsumen tentang cara-cara pemakaian produk yang khusus
dibuat konsumen tertentu
5.
Mengumpulkan informasi tentang
keadaan pasar dan melaporkannya kepada pimpinan perusahaan dalam penyempurnaan
pengelolaan penjualan selanjutnya
Berdasarkan sasaran kualitatif tersebut perusahaan dapat mencapai
sasaran kualitatif, meliputi:
1.
Merebut dan mempertahankan market
share
2.
Memperoleh volume penjualan
yang menguntungkan
3. Memperoleh dan mendapatkan sejumlah
konsumen baru dalam volume penjualan tertentu
4.
Menetapkan biaya-biaya personal
selling (penjualan personal) dalam batas terendah
Sifat-Sifat Personal Selling (Penjualan Personal)
Menurut
Philip Kotler Personal Selling (penjualan personal) mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut:
1.
Personal
Confrontation (pertentangan personal)
Maksudnya adalah hubungan langsung
antara penjual dengan pembeli, sehingga penjual dan pembeli dapat
mengamati sifat-sifat serta kebutuhan masing-masing dan dapat saling
menyesuaikan diri. Tetapi dalam pelaksanaannya sering terjadi pertentangan,
misalnya: penjual ditolak oleh pembeli untuk mengadakan hubungan lebih lanjut
karena mungkin calon pembeli merasa tersinggung oleh pembicaraan penjual
2.
Cultivation
Maksudnya adalah pelaksanaan personal selling
(penjualan personal) dapat menimbulkan
hubungan yang lebih akrab dengan calon pembeli, tetapi sering penjual melakukan
tekanan atau mengecoh calon pembeli
untuk mendapatkan pesanan
3.
Response (Reaksi)
Maksudnya bahwa personal selling (penjualan personal) mendapatkan reaksi
langsung dari calon pembeli tentang pembicaraan penjualan yang dilakukan
penjual
Dengan adanya
ketiga sifat tersebut diatas, maka kegiatan personal selling (penjualan
personal) pada hakekatnya dapat menimbulkan peluang adanya konflik antara
penjual dan calon pembeli, baik karena adanya tingkah laku penjual maupun watak
calon pembeli itu sendiri. Sebaliknya dengan adanya kegiatan personal
selling (penjualan personal) justru seringkali dapat menimbulkan keakraban
antara penjual dan pembeli. Selain itu response lebih memungkinkan calon
pembeli untuk dapat memberikan reaksi secara langsung kepada penjual/distributor
terhadap produk yang ditawarkan.
Proses Personal Selling (Penjualan Personal)
Personal selling (penjualan personal)
merupakan rangkaian kegiatan yang menghubungkan penjual dangan calon konsumen
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Gambar 01.
Langkah-langkah dalam Personal Selling
Sumber:
Kotler, Marketing Management (2000:636)
Personal
selling (penjualan personal) merupakan proses yang menghubungkan penjual
dengan pembeli. Personal selling (penjualan personal) yang efektif dikembangkan dalam tujuh langkah
utama penjualan, seperti diuraikan pada gambar.
1. Prospecting and Qualifying (Mencari dan Mengkualifikasi Konsumen)
Tahap
awal dimulai dengan mengidentifikasi calon konsumen potensial. Seorang calon
konsumen adalah seseorang yang memerlukan produk untuk keperluannya sendiri maupun untuk
kebutuhan keluarganya. Mereka itu baru menjadi calon konsumen apabila tenaga
penjual/distributor sudah berkomunikasi. Tugas utama tenaga penjual/distributor
dalam berkomunikasi tersebut adalah menciptakan kebutuhan dengan cara selling
product benefit/mengemukakan keuntungan-keuntungan produk yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
Gambar 02. Proses Prospecting(Mencari dan Mengkualifikasi Konsumen)
Kegiatan
dalam langkah ini adalah mengembangkan profil konsumen,
mengembangkan daftar konsumen, dan mengkualifikasikannya ke dalam
kelompok konsumen yang betul-betuk tepat. Pengembangan profil konsumen dilakukan dengan cara
mengidentifikasikan faktor-faktor yang menentukan siapa yang menjadi konsumen
terbaik
2.
Pre-approach (Pendekatan Awal)
Sebelum berhubungan
langsung dengan konsumen, tenaga penjual/distributor harus mempelajari dan
mencari informasi tentang segala sesuatu yang menyangkut character (perilaku
konsumen) dan condition (keadaan calon konsumen). Tenaga penjual/distributor
perlu mengetahui bagaimana keputusan dalam memberikan informasi diputuskan,
siapa yang terlibat dalam keputusan tersebut dan bagaimana motif pengambilan
keputusan tersebut. Dalam hal ini tenaga penjual/distributor juga perlu
menetapkan calon konsumen sasaran yang akan didekati, dan cara pendekatan yang
akan dilakukan.
Tugas yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1.
Menetapkan tujuan kunjungan,
apakah untuk mengkualifikasi konsumen, memperoleh informasi pelengkap, atau
membuat penjualan seketika
2. Memutuskan cara pendekatan yang cocok
dengan kondisi konsumen, apakah kunjungan langsung, pendekatan via telepon atau
via surat
3. Memilih waktu kunjungan pada saat konsumen
tidak sibuk
4.
Menetapkan strategi penjualan
secara keseluruhan
3.
Approach (Pendekatan)
Apabila tenaga
penjual/distributor telah memperoleh nama seorang konsumen dan informasi pre-approach
(pra-pendekatan) yang cukup, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pendekatan. Pendekatan merupakan awal dari suatu penjualan. Tenaga penjual/distributor
mulai menghubungi konsumen potensial yang diprioritaskan pada langkah
selanjutnya.
1.
2.
3.
4.
|
Sumber-sumber Eksternal
Sumber-sumber Internal
Kontak personal
Bunga rampai
|
Ø Pendekatan referal : Meminta kepada
setiap konsumen nama konsumen potensial lainnya
Ø
kontak Komuniti : Meminta kepada sahabat dan kenalan
nama-nama konsumen potensial
Ø
Pendekatan perkenalan :sales diperkenalkan oleh konsumen
potensial kepada calon konsumen lainnya melalui telepon, surat atau oleh konsumen itu sendiri secara
langsung
Ø Organisasi kontak; mendapatkan sales
leads dari sales people yang tidak bersaing
Ø Examine record: menguji record
perusahaan, directories, buku telepon, daftar nama, dan dokumen-dokumen
tertulis lainnya
Ø Inquiries to advertising (mencari
nama-nama melalui iklan-iklan)
Ø Observasi personal : melihat dan
mendengarkan bukti konsumen-konsumen yang bagus
Ø Hold/ atten trade shows :
mengorganisasikan atau berpartisispasi dalam pertunjukan atau pameran yang
ditujukan pada konsumen-konsumen potensial
Ø Sales seminar : konsumen-konsumen ikut
sebagai anggota kelompok untuk mempelajari tentang suatu topik dimana produk
sales person terlibat didalamnya
|
Ada dua tugas yang
harus dilakukan dalam langkah ini, yaitu menggunakan strategi yang tepat untuk
memperoleh konsumen yang bersedia menerima penjelasan, dan selanjutnya membina
hubungan dengan konsumen. Selain itu yang harus diperhatikan adalah bagaimana menciptakan
kesan awal yang baik dan menyenangkan konsumen. Jika tenaga penjual/distributor gagal dalam
melakukan pendekatan dapat merusak presentasi atau tidak dapat kesempatan untuk
melakukan presentasi tersebut. Untuk itu tenaga penjual/distributor harus dapat
menarik perhatian konsumen. Tenaga penjual/distributor harus memperhatikan
penampilan, cara berpakaian, serta sikap dalam berbicara, dan hal-hal yang
berhubungan dengan kesopanan, penghargaan dan perhatian.
Ada dua aktivitas yang sangat
penting dalam pendekatan yang harus dilakukan :
1.
Introduksi
Bertujuan untuk menimbulkan perhatian konsumen dan
minatnya terhadap tenaga penjual/distributor. Karena itu kesan pertama konsumen
terhadap tenaga penjual/distributor sangat menentukan proses selanjutnya. Faktor-faktor
yang menentukan kesan pertama yang diciptakan tenaga penjual/distributor
terhadap konsumen adalah: penampilan, sikap positif, gerak-gerik, gaya, dan
kelancaran bicara.
Pada saat itu pula dapat sekaligus mencari dan
menentukan lokasi pembelian potensial. Dari barbagai data riset yang dilakukan
oleh tenaga penjual/distributor dapat ditentukan segmen pasar mana akan dijual,
dan berdasarkan segmen pasar ini dapat pula dibuat suatu daftar nama tentang
tentang konsumen yang potensial.
2.
Menggali motif konsumen
Motif adalah sesuatu yang menggerakkan tingkah laku
kepada suatu tujuan. Motivasi adalah suatu keadaan didalam diri seseorang yang
mendorong tingkah lakunya kepada suatu tujuan. Setiap orang mempunyai motif
yang berbeda beda dalam menggunakan suatu produk, karenanya dalam melakukan
penawaran perlu dilakukan selling point yang berkaitan dengan motif dari
konsumen. Selling point adalah ciri-ciri produk yang dapat memenuhi motif pelanggan dan tidak dimiliki atau lebih
unggul dari pada ciri-ciri produk pesaing pada kelas yang sama. Tenaga
penjual/distributor harus mempelajari motif membeli yang paling dominan pada konsumen
dan berkosentrasi pada motif tersebut.
Pada saat ini pula dilakukan pendekatan pendahuluan karena sebelum
melakukan penjualan, tenaga penjual/distibutor harus mengetahui apa yang
inginkan oleh calon konsumen, apakah memerlukan produk atau hanya memerlukan
bisnisnya saja. Sehingga
dalam melakukan presentasi tenaga penjual bisa menitik-beratkan apa yang
diinginkan oleh konsumen.
4. Presentation dan Demontration ( Presentasi
dan Demonstrasi)
Penyajian
atau presentasi merupakan bagian terbesar dan terpenting dalam penjualan.
Dimana tenaga penjual/distributor akan menguraikan penjelasan mengenai produk yang
ditawarkan kepada konsumen.
Dengan
mempertimbangkan informasi-informasi yang didapat pada tahap sebelumnya seorang
tenaga penjual/distributor akan merencanakan suatu presentasi penjualan yang
tepat, sehingga dapat menarik (attention) konsumen/konsumen. Setelah itu
tenaga penjual/distributor akan berusaha untuk menimbulkan rasa tertarik (interest)
konsumen/konsumen, sambil membangun keinginan (desire) konsumen/konsumen,
dan pada saat yang tepat akan merangsang timbulnya suatu tindakan (action)
untuk melakukan pembelian. Pendekatan ini lebih dikenal dengan AIDA (Attention,
Interest, Desire, Action).
5.
Handling Objection ( Mengatasi Masalah)
Pada umumnya calon
pembeli hampir selalu mempunyai keberatan-keberatan selama presentasi atau
ketika ditanya untuk melakukan pembelian. Keberatan ini dapat dibedakan menjadi
dua yaitu :
1.
Keberatan psikologis, yaitu
keberatan untuk campur tangan, lebih suka pada produk dengan brand (merek)
tertentu atau sumber penyedia yang sudah dikenal baik, apatis, tidak mau
menyerah pada sesuatu tertentu, asosiasi yang tidak menyenagkan atas orang
lain, penerapan ide-ide, ketidaksesuaian untuk membuat keputusan, serta serta
sikap terhadap uang yang neurotik
2. keberatan logis, yaitu keberatan harga,
jadwal pengiriman, karekteristik perusahaan serta produk tertentu.
Untuk mengatasi keberatan
pelanggan dapat dilakukan dengan membekali tenaga penjual dengan company
profile (profile perusahaan), marketing plan (rencana
pemasaran) dan product knowledge (pengetahuan produk) yang baik.
Hal ini dapat meliputi : kelebihan produk yang ditawarkan, maupun segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses penjualan.
Untuk dapat mengatasi berbagai
keberatan pembeli dengan baik, maka tenaga penjual harus mengetahui
faktor-faktor penyebabnya, seperti : pengalaman masa lalu terhadap produk,
perusahan maupun tenaga penjual /distributor, kurang percaya terhadap tenaga
penjual/distributor. Faktor-faktor yang kurang menarik orang dalam
membeli/menggunakan produk yang ditawarkan
tenaga penjual/distributor dapat disebabkan oleh penampilan tenaga
penjual/distributor yang kurang baik, jaminan keamanan produk, kegunaan produk
dan sebagainya.
Karena alasan-alasan tersebut
maka orang akan lebih berhati-hati dan tidak akan mudah percaya ketika mereka
dikunjungi oleh tenaga penjual/distributor. Pikiran mereka akan penuh dengan
prasangka yang negatif sehingga pada waktu mereka bertemu dengan tenaga
penjual/distributor banyak diantaranya mereka bersikap bermuka dua. Mereka akan
bertindak lain, tidak normal, pesimis, kadang-kadang-kadang agresif. Hal inilah
yang dihadapi oleh tenaga penjual/distributor bila menemui calon konsumen
potensial.
Terdapat dua hal penting dalam
menangani keberatan konsumen:
v Bertanya, Sering kali terjadi keberatan para
konsumen tidak jelas dan tenaga penjual harus mencari tahu apa yang menjadi
keberatan konsumen.
v Memberikan respon terhadap segala
keberatan konsumen. Ketika tenaga penjual menghadapi keberatan yang nyata maka
keberatan tersebut harus ditanggapi. Tenaga penjual harus memberikan penjelasan
terhadap segala keberatan konsumen.
6.
Clossing (Menutup penjualan)
Pada tahap ini tenaga penjual diharapkan dapat menutup penjualan
dengan mendapatkan keputusan membeli dari konsumen. Tenaga penjual harus
mengetahui bagaimana mengenali tanda-tanda penutupan dari pembelian termasuk
reaksi, pernyataan, komentar, dan pertanyaan.
Pada proses ini ada dua pokok yang harus dipahami oleh
tenaga penjual /distributor, yaitu kapan akan melakukan clossing (menutup
Penjualan) dan bagaimana cara melakukannya. Upaya melakukan clossing (menutup
Penjualan) dini atau apabila clossing (menutup Penjualan) dilakukan
terlalu lama maka pada umumnya dapat mengakibatkan
tenaga penjual kehilangan kesempatan untuk melakukan penjualan. Untuk
menentukan kapan tenaga penjual akan clossing (menutup Penjualan), perlu
mengamati tanda-tanda yang menunjukkan bahwa konsumen/konsumen telah siap untuk
membeli produk, tanda-tanda tersebut dapat dibedakan berdasarkan indikator
verbal, dimana konsumen/konsumen menyatakan kesiapannya untuk membuat komitmen
dan indikator non verbal, yang tampak dalam ekspresi raut wajah dan fisik
berupa gerakan-gerakan tubuh yang mengisyaratkan siap untuk membuat komitmen. Sedangkan uji coba penutupan dilakukan
dengan meminta pendapat konsumen tentang produk yang ditawarkan.
7.
Follow-Up (Tindak Lanjut)
Dalam personal selling (penjulan personal) hal
yang sangat penting setelah melakukan penjualan adalah follow-up (tindak
lanjut), hal ini untuk memastikan bahwa calon konsumen yang telah
menjadi konsumen untuk terus dapat melakukan pembelian produk dan untuk melihat
bagaimana perkembangan konsumen setelah mengkonsumsi produk. Tindakan ini juga
sangat berguna pula untuk memastikan apa konsumen puas terhadap kualitas produk
yang telah dinikmati, dan melihat apakah masih ada kemungkinan untuk terjadinya
pemesanan kembali (repeat order.
Follow-up (tindak lanjut) merupakan serangkaian tindakan yang diadakan
setelah terjadinya pembelian (after sales service). Sehingga diharapkan
adanya kepuasan terjalinnya suatu hubungan yang baik antara konsumen dan tenaga
penjual.
Kegiatan yang dilakukan
setelah terjadinya penjualan adalah memberikan pelayanan kepada konsumen,
misalnya setiap satu bulan sekali tenaga penjual melakukan kunjungan kepada konsumen
untuk menjaga hubungan baik serta untuk mengetahui keadaan konsumen.
Proses personal selling
(penjualan personal) sebagaimana dimaksudkan diatas adalah proses dimana
kegiatan personal selling (penjualan personal) harus dilakukan secara
cermat sejak dari tahap sebelum penjualan sampai dengan pelayanan sesudah
penjualan. Keseluruhan proses tersebut pada dasarnya adalah merupakan upaya
tenaga penjual untuk memperluas pasar baik dalam arti kualitatif maupun
kuantitatif, sehingga konsumen dapat menjadi pembeli tetap atau tenaga penjual.
Hermawan Kertajaya mengatakan
bahwa tenaga penjual dalam menjangkau para calon konsumen menginformasikan kepada semua kalangan dan
pada saat melakukan penjualan harus bertumpu pada pada strategi :
1.
Intelektual
Marketing, adalah
kemampuan atau pengetahuan seorang tenaga penjual/distributor dalam memberikan
penjelasan-penjelasan kepada konsumen/konsumen mengenai profile company (profil
perusahaan), marketing plan (rencana pemasaran), dan product knowledge
(pengetahuan produk).
2.
Emotional
Marketing, adalah
kemampuan seorang tenaga penjual/distributor dalam menyentuh hati konsumen/konsumen
sehingga konsumen/konsumen akan respek kepada tenaga penjual/distributor.
3.
Spritual
Marketing, adalah suatu
semangat yang dimiliki oleh seorang tenaga penjual/distributor untuk menolong
orang lain. Jadi dalam memasarkan produk-produk tenaga penjual/distributor bukan
hanya karena materi semata tetapi juga dikarenakan untuk membantu orang lain
untuk memiliki kehidupan yang lebih baik.
Fungsi-Fungsi Personal Selling (Penjualan
Personal)
Personal
selling (Penjualan Personal) akan berhasil apabila ditangani oleh tenaga
penjual/distributor yang berkompeten. Dalam bukunya Manajemen Pemasaran
Analisis Perencanaan Implementasi dan Control (1991:625) Philip Kotler
menyatakan bahwa pelaksanaan personal selling (penjualan personal) dalam
perusahaan akan dikatakan berjalan dengan baik apabila tenaga
penjual/distributor dapat melaksanakan fungsi-fungsi personal selling
(penjualan personal) yaitu :
1. Usaha mencari pembeli-pembeli
baru (prospecting)
Para tenaga
penjual mencari dan mempengaruhi calon
pembeli atau para tenaga penjual diharapkan untuk menemukan dan mengembangkan
pembeli-pembeli baru
2.
Berkomunikasi (Communicating)
Para tenaga penjual harus terampil dalam hal
mengkomunikasikan informasi tentang produk dan servis/jasa perusahaan yang
bersangkutan kepada para pembeli yang ada dan kepada para pembeli potensial
3.
Menjual (Selling)
Para tenaga penjual harus
menguasai seni dalam menjual yang meliputi: keterampilan menjual (Salesmanship),
mengadakan pendekatan, penyajiaan dan menjawab keberatan-keberatan calon
pembeli dan menyelesaikan penjualan.
4.
Melayani (Servicing)
Para tenaga penjual memberikan berbagai pelayanan pada
langganan seperti : memberi konsultasi mengenai pemecahan masalah, memberikan
bantuan teknis, mengatur segi keuangan/mengatur pembayaran
5.
Pengumpulan informasi
Tenaga penjual diharapkan dapat melaksanakan riset
pasar, mencari keterangan-keterangan dan menyusun laporan-laporan mengenai
kunjungan yang dilakukan kepada para pembeli
6.
Mengalokasikan (Aloccating)
Para tenaga penjual harus mampu mengevaluasi konsumen
dan memberikan masukan-masukan pada perusahaan bagaimana cara mengalokasi
produk sehingga penjualan tepat sasaran.
Seorang pemasar Multi Level Marketing/pemasaran berjenjang (MLM) terutama tenaga penjual/distributor dituntut untuk mengetahui company
profile, (profile perusahaan), marketing plan (rencana pemasaran)
dan product knowledge (pengetahuan tentang produk). Sehingga ketika
melakukan proses penjualan tidak kaku. Maka seorang tenaga penjual/distributor harus
mengetahui apa itu Multi
Level Marketing/pemasaran
berjenjang (MLM) sebelum mengenalkan produk kepada
calon pembeli.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Personal
Selling (penjualan persoanal)
Menurut
Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran (1993:544-524), menyatakan bahwa
keberhasilan dari suatu kegiatan personal selling (penjualan personal)
akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi :
1.
Jumlah Tenaga Penjual
Dalam
menentukan besarnya tenaga penjual yang optimal dapat digunakan
pendekatan-pendekatan yaitu :
Metode
ini dikemukakan oleh Talley berdasarkan pada beban kerja yang sama pada semua
tenaga penjual dan menganggap bahwa perusahaan telah menentukan jumlah
kunjungan yang paling ekonomis pada masing-masing golongan pembeli. Adapun tahapannya meliputi :
a.
Para langganan dikelompokkan
menurut volume pembelian pertahun
b. Menentukan jumlah kunjungan yang
diperlukan oleh setiap langganan pertahun
c. Menghitung seluruh beban kerja yang
diperlukan untuk melayani seluruh pelanggan dari masing-masing kelompok dengan
jumlah kunjungan yang diperlukan perbulan
d. Menentukan jumlah kunjungan rata-rata
seorang tenaga penjual pertahun
Frekuensi kunjungan seorang tenaga penjual dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Adapun keterangan dari rumus
tersebut adalah :
F = Frekuensi kunjungan yang
ekonomis
N = Jumlah tenaga penjual
W = Beban kerja rata-rata
seorang tenaga penjual
n = Jumlah langganan
2.
Metode potensi penjualan
Metode ini dikemukakan oleh Still,
Curdiff, Govoni (1988:101) berdasarkan pada anggapan bahwa kemampuan menjual
dari seorang tenaga penjual dapat mewakili suatu unit tenaga penjual yang
dinyatakan denga rumus sebagai berikut :
Adapun keterangan dari rumus tersebut adalah:
N = Jumlah tenaga penjualan yang diperlukan
S = Volume penjualan yang diramalkan
P = Produktivitas penjualan yang diperkirakan dari seorang tenaga penjualan
T = Tingkat perputaran tenaga
penjualan yang diperlukan
Bila dibandingkan kedua metode tadi, maka dalam metode
pertama menitik beratkan kepada analisis beban kerja, sedangkan dalam metode
kedua lebih didasarkan kepada potensi penjualan. Memilih metode mana yang akan
diterapkan tentu akan tergantung pada tersedianya perangkat yang dibutuhkan dan
harus selaras dengan kemungkinan peningkatan volume penjualan dikemudian hari.
2.1.6.2.
Pengorganisasian tenaga penjual
Keefektifan
tenaga penjual pada hakekatnya tergantung kepada cara pengelolaannya. Sedangkan
pengelolaan tenaga penjual ini dapat dilakukan dengan :
a. Struktur tenaga penjualan berdasarkan
kepada daerah penjualan
b. Struktur tenaga penjualan berdasarkan
kepada produk yang berbeda
c. Struktur tenaga penjualan berdasarkan
kepada tipe langganan
d.
Kombinasi dari ketiga kelompok
diatas
Untuk
dapat menentukan alternatif cara pengelolaan yang mana tentu akan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain :
a.
Luas daerah pemasaran
b.
Macam/ jenis produk yang
ditawarkan
c.
Tipe langganan
2.1.6.3. Penerimaan dan
Pemilihan Tenaga Penjual
Pada umumnya perusahaan menginginkan tenaga penjual yang sesuai
dengan kebutuhan perusahaan, sebab dengan menempatkan penjual yang tepat, baik
dari segi kuantitas maupun kualitas, maka akan menunjang keberhasilan aktivitas
perusahaan dalam melaksanakan kegiatan (penjualan personal).
Menurut Mc. Murry (Kotler, 1983:553-554)
diperlukan enam karakteristik tenaga penjual yang baik, yaitu :
1.
Semangat yang tinggi
2. Mempunyai kepercayaan pada diri sendiri
yang kuat
3. Dapat bekerja keras tanpa perlu diawasi dengan
ketat
4. Mempunyai keinginan yang besar untuk
memperbaiki taraf hidupnya, status sosial dan prestise
5. mempunyai sifat yang tidak kenal menyerah
6. mempunyai sifat yang selalu ingin bersaing
Adapun
Meyer dan Greenberg mengemukakan bahwa dasar kepribadian yang harus dipunyai
oleh tenaga penjual yang ingin berhasil yaitu :
1. Mempunyai pengertian (empathy) yaitu
kemampuan untuk mengenal keinginan, masalah, situasi dan lain-lain yang
dimiliki oleh orang lain
2. Semangat kepentingan sendiri (ego-drive)
yaitu keinginan untuk menyelesaikan,
meyakinkan dan memenangkan situasi penjualan yang akan dilakukan dengan
saling berhadapan muka
Setelah
menentukan jumlah dan tipe masing-masing orang yang diinginkan, maka kegiatan
pemilihan tenaga penjual adalah kegitan terakhir. Tahap yang terakhir ini
secara khusus dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. Pengembangan suatu sistem untuk menilai
pelamar sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
2. Analisis dan
penilaian yang diteliti dalam setiap alat dan prosedur yang digunakan. Alat-alat utama dalam seleksi adalah:
a.
Formulir lamaran, yang
berisikan tentang catatan riwayat pelamar
b.
Wawancara untuk menilai dan
mengetahui lebih dalam keadaan pelamar
c. Referensi untuk dapat lebih
mengetahui keadaan si pelamar
d. Pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui
keadaan fisik pelamar, sehingga digunakan untuk bahan penilaian atau
pertimbangan
e. Pembuatan kertas penilaian, dapat
digunakan sebagai alat tambahan untuk alat lainnya
f. Ujian (test) untuk membantu dalam
penyaringan pelamar, untuk menilai beberapa karakteristik tertentu dengan lebih
teliti
3. Penggunaan alat-alat tersebut dalam
membeli tenaga penjual
Latihan Tenaga Penjual
Melalui
latihan diharapkan tenaga penjual mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang
berhubungan dengan tugasnya. Selain itu dapat juga memperkecil tingkat
pergantian tenaga penjual, meningkatkan semangat, memperbaiki atau meningkatkan
hubungan, memperkecil biaya dan untuk tujuan-tujuan lainnya.
Menurut
Buskirk dan Stanton dalam bukunya Prinsip Pemasaran yang diterjemahkan oleh
Sadu Sundaru (1991:174-177), menyatakan bahwa ada beberapa metode latihan yang
tepat digunakan yaitu :
1. Metode bacaan, dalam metode ini
dikemukakan informasi tentang perusahaan dan produk
2. Metode role playing, dalam metode
ini peserta latihan ditempatkan kedalam situasi yang realistik, dimana ada
peserta latihan yang berperan sebagai calon pembeli dan ada yang berperan
sebagai penjual
3. Metode on the job training, yaitu
metode ini supervisor pergi bersama-sama dengan peserta latihan untuk
mengunjungi langganan dan supervisor memberi contoh dan nasehat kepada peserta
latihan tentang teknik-teknik penjualan
Diakui
dalam latihan tenaga penjual ini memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Oleh karena itu pelaksanaannya pun perlu disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan perusahaan.
Kompensasi Tenaga Penjual
Menurut Kotler, kompensasi tenaga penjual terdiri
dari empat unsur dasar yaitu :
1.
A Fixed Amount
Adalah merupakan satu jumlah yang tetap, yaitu gaji,
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga penjual yang berupa penghasilan
tetap
2.
A Variable Amount
Adalah merupakan suatu jumlah yang besarnya berubah,
seperti komisis dan bonus, dengan maksud untuk mendorong peningkatan gairah
tenaga penjual
3.
Expanse
Allowances
Merupakan suatu pergantian biaya tenaga penjual dalam
melaksanakan tugasnya, dimaksudkan untuk memungkinkan tenaga penjual dapat
melakukan usaha-usaha penjualan yang dianggap perlu
4.
Fringe Benefit
Merupakan suatu manfaat tambahan seperti tunjangan hari
raya, kesehatan, pensiun, dan asuransi jiwa yang dimaksud untuk memberikan
jaminan dan kepuasan kerja.
Kemudian bila
dilihat dari segi tipe kompensasi kepada tenaga penjual, pada dasarnya terdiri
dari tiga macam yaitu :
1.
Straight salary
Yaitu merupakan suatu pembayaran kepada tenaga penjual
yang jumlahnya tetap dan diberikan teratur
2.
Straight
Commision
Adalah merupakan suatu pembayaran kepada tenaga penjual
yang jumlahnya didasarkan pada produktivitasnya, yaitu dihubungkan dengan
volume penjualan yang dicapai oleh tenaga penjual
3.
Combination
Salary Commission
Suatau bentuk kompensasi yang diberikan dengan
berdasarkan kepada kombinasi dari staright salary dan Straight
commision
Keempat unsur dan
ketiga tipe konpensasi tersebut diatas dalam
prakteknya sangat tergantung pada skala usaha perusahaan serta jenis
produk yang dijual. Pada perusahaan yang hasil penjualan tidak berfluktuasi,
akan cenderung memilih fixed amount sebagai dasar kompensasi. Sedangkan
untuk perusahan yang hasil penjualannya tergantung pada inisiatif tenaga penjualnya
maka perusahaan cenderung menggunakan Variable Amount sebagai dasar
kompensasi atau type kompensasi berupa Combination Salary and Straight
Commission.
Evaluasi Terhadap Tenaga Penjual
Evaluasi terhadap tenaga penjual perlu dilakukan agar
pengorganisasian tenaga penjual yang memerlukan biaya yang besar dapat mencapai
hasil yang diharapkan. Dari hasl evaluasi, perusahaan dapat mengadakan
peningkatan mutu dari tenaga penjual yang dimilikinya, juga membantu perusahaan
dalam menentukan kenaikan balas jasa dan kemungkinan kenaikan jabatan tenaga
penjual. Dalam pengevaluasian tenaga penjual, dapat digunakan dasar penilaian
kuantitatif dan kualitataif yang dapat digunakan untuk penjualan yang bersifat
khusus. Penilaain kuantitatif lebih obyektif dibandingkan dengan faktor
kualitatif.
Penilaian
kuantitatif didasari atas nilai usaha kerja (faktor masukan) dan hasil kerja
(faktor Keluaran). Efektivitas
kerja atau penjualan dari seeorang tenaga penjual merupakan kombinasi dari keduanya. Hasil
kerja yang diukur adalah : volume penjualan, laba kotor dan sebagainya.
Sedangkan usaha kerja adalah jumlah kunjungan perhari, kegiatan non penjualan
dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar