Kamis, 19 Januari 2017

Tugas Mata Kuliah Rekayasa Jalan Rel




TUGAS MATA KULIAH
REKAYASA JALAN REL



Disusun Oleh:
Andy Andriansyah / NPM. 2014310016
Muhammad Aziz / NPM. 2014310029


Dosen Pengampu :
Ir. Irawa Kusumah, AR, MT






PROGRAM STUDI SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISKANDARMUDA
BANDA ACEH 2016




KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan tauhid dan hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Rekayasa Jalan Rel tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
            Dalam penyelesaian Tugas Mata Kuliah Rekayasa Jalan Rel  ini, penulis telah banyak memperoleh petunjuk, bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang amat tulus kepada Ir.Irawa Kusumah AR, MT, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan ilmu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Rekayasa Jalan Rel  ini.
            Tidak lupa juga kepada orang tua saya yang telah memberikan semangat, moril dan finansial serta doa agar saya termotivasi untuk segera menyelesaikan kuliah ini guna mendapatkan gelar sarjana. Terima kasih kepada teman – teman yang telah banyak memotivasi dan memberikan saran sehingga mendewasakan saya dalam menyelesaikan tugas ini.
            Penulis menyadari bahwa hasil penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mohon maaf jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam laporan ini dan sangat mengharapkan saran – saran dari berbagai pihak untuk kemajuan di masa yang akan datang.
Akhirnya, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca dan mahasiswa/wi lainnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Banda Aceh, 12 Januari 2017
Penulis



Andy Andriansyah
NPM. 2014310016
Muhamamad Aziz
NPM.2014310029




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang Permasalahan
Sebelum tahun 1800 alat angkut yang dipergunakan antara lain adalah tenaga manusia, hewan dan sumber tenaga dari alam seperti angin. Pada masa itu barang-barang yang dapat diangkut rata-rata dalam jumlah yang kecil dan waktu yang ditempuh relatif  lama. Namun setelah antara tahun 1800 hingga tahun 1860 transportasi telah mulai berkembang dengan baik karena telah mulai dimanfaatkannya sumber tenaga mekanik seperti kapal uap dan kereta api, yang dimana mulai banyak dipergunakan dalam dunia perdagangan dan dunai tranportasi
Jalan baja atau rel (rail way) adalah merupakan salah satu prasaranan transportas darat yang konstruksinya terbuat dar rangkaian rel baja dan diletakkan di tas suatu bantalan dari besi kayu dan beton. Prasarana transrtasi ini pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama dengan prasaranan transportasi lainnya, dmana sama-sama berfungsi dan berperan untuk menunjang kelancaran arus lalu lintas angkutan barang, penumpang dan jasa.
Pembangunan transportasi Kereta Api yang berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik dan pertahanan keamanan diarahkan pada terwujudnya sistem transportasi yang andal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung pola distribusi nasional, serta mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan anatar daearah untuk lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara.


1.2.            Maksud, Tujuan Dan Sasaran
Adapun maksud dari Rekayasa Jalan Rel ini ini adalah:
1.      Sebagai salah satu sarana transportasi alternatif bagi masyarakat yang  membutuhkan transportasi  berkecepatan tinggi dengan daya angkut yang besar serta dapat memiliki efisiensi waktu dan biaya.
2.      Sebagai salah satu upaya untuk dapat mengembangkan dan memasarkan hasil-hasil komoditi daerah dalam jumla besar.
Tujuan dari Rekayasa Jalan Rel ini adalah agar tersedianya dokumen-dokumen perencanaan yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan Jalan Rel yang menghubungkan kota Lhoksukon (Aceh Utara) – Kota Lhokseumawe.
Sasaran yang ingin dicapai dalam perencanaan Rekayasa Jalan Rel  ini agar terwujudnya sistem transportasi yang andal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung pola distribusi nasional, serta mendukung pengembangan wilayah di Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Aceh Utara Serta Kota Lhokseumawe pada khususnya .

1.3.   Lingkup Kegiatan
            Secara umum lingkup kegiatan Rekayasa Jalan Rel ini meliputi :
1.      Konstruksi bagian bawah, merupakan konstruksi ya terdiri dari konstruksi alas balas dan konstruksi tubuh jalan
2.      Konstruksi bagian atas, yang terdiri dari Rel dan Roda

1.4.   Metodologi Kegiatan
Metodologi kegiatan perencanaa jalan rel meliputi referensi, pedoman, peraturan dan perundang-undangan serta beberapa ketentuan lainnya yang diterbitkan oleh pemerintah pusat atau pihak terkait lainnya.

1.5.   Data Yang Dibutuhkan
Data yang digunakan dalam perencanaan  ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpullkan secara langsung dari sumber datanya terdiri dari:
1.      Wawancara dengan responden yang terkait dengan perencanaan lapangan terbang yang meliputi dalam hal ekonomi, sosial dan budaya serta keamanan.
2.      Observasi, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang  diteliti yang meliputi  orientasi lapangan, pemasangan patok tetap, pengukuran koordinat, dan pengamatan azimut.
Data Sekundernya adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan bacaan dan informasi yang berupa berupa peraturan, perundang-undangan serta beberapa ketentuan berhubungan dengan perencanaan lapangan terbang yang diperoleh dari instansi terkait, diantaranya :
1.         Dinas Perhubungan Provinsi Aceh
2.         Dinas Perindutrian, Perdagangan dan Koperasi  Provinsi Aceh
3.         Dinas Pariwisata Provinsi Aceh
4.         Bappeda Provinsi Aceh
5.         PT.KAI perwakilan Provinsi Aceh

1.6.   Hasil Kegiatan
Dengan adanya perencanaan Jalan Rel ini, diharapakan akan adanya sebuah rel kereta api  yang dapat mendukung transportasi darat yan dapat mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung pola distribusi nasional, serta mendukung pengembangan wilayah di Indonesia.




BAB II
RENCANA PENGEMBANGAN

2.1.            Rencana Pengembangan
Rencana pengembangan adalah suatu pedoman pembangunan dan pengembangan jalan rel yang mencakup seluruh kebutuhan dan penggunaan tanah untuk kegiatan pembangunan jalan rel dan kegiatan penunjang jalan rel dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis, pertahanan keamanan, sosial budaya serta aspek-aspek terkait lainnya. 
Pembangunan sebuah  jalan rel  diawali dengan penetapan lokasi jalan rel. Untuk menetapkan lokasi jalan rel perlu diperhatikan beberapa faktor yang meliputi faktor ekonomi dan faktor teknis.

2.2.            Kajian Faktor Ekonomi

Yaitu kelayakan yang dinilai secara ekonomis dan finansial akan memberikan keuntungan bagi pengembangan dan perkembangan wilayah baik secara langsung maupun tidak langsung yang meliputi :
a.          Pertumbuhan dan jumlah penduduk pada kawasan dan daerah-daerah yang akan dilalui trase jalan baja rencana, serta sumber mata pencaharian dan tingkat penghasilan penduduk,
b.         Komoditi (mata dagangan) suatu daerah, seperti adanya pabrik-pabrik industri, perusahan-perusahaan, perdagangan dan objek parawisata, serta ketersediaan fasilitas infrastruktur lainnya (existing),
c.          Biaya pembangunan yang dibutuhkan, sumber penyandang dana dan lamanya masa pengembalian serta besarnya bunga pinjaman,
d.         Perkiraan besarnya untung – rugi dan kemampuan pemasukan pada setiap bulan dan tahunnya, sehingga proyek akan mendapatkan keuntungan pada tahun  kesekian, atau sampai dengan tahun yang direncanakan, dengan Benafite Cost Ratio (BCR) = x/y ≥ 1,00.       

2.3.            Kajian Faktor Teknis

Yaitu kelayakan yang dinilai berdasarkan factor kesesuaian fisik dasar antara lain topografi, kondisi meteorology dan geofisika, dan daya dukung tanah.
a.          Alternatif pemilihan trase jalan (lay out) yang paling tepat dan murah dengan memperhatikan topografi dan tata guna lahan, penyelidikan jenis dan daya dukung tanah (CBR), hidrologi dan lain-lain,
b.         Kemungkinan pembuatan jembatan, terowongan, sub–drainase (syphon), box culvert, parit, dan lain-lain,
c.          Jenis lokomotif dan kereta api rencana serta beban (tonage) maksimum yang diizinkan (direncanakan),
d.         Kecepatan rencana, klas jalan baja, bentuk tikungan (alignement) horizontal dan vertikal, dimensi dan type baja rel, bantalan dan stasiun.

2.4.            Klasifikasi Jalan Rel

Berdasarkan ukuran dan fasilitas kelengkapan konstruksi jalan baja atau jalan rel (rail way) pada tingkat operasionalnya, konstruksi jalan baja dapat digolongkan ke dalam beberapa kelas. Klasifikasi jalan ini didasarkan kepada beberapa parameter sebagai faktor penentu kelas jalan, yang terdiri dari :
a.          Trase jalan sepur.
b.         Kecepatan tertinggi yang diizinkan dan banyaknya lalu lintas (traffic volume) yang ada atau diperkirakan ke depan.
c.          Persentase tanjakan yang ada (existing), sepanjang jalan tersebut.

Dalam rencana pembangunan yang akan dilakukan, lebar sepur yang akan digunakan adalah sepur sempit dengan ukuran 1.067 mm  =  3ˈ6˝ . Dikarenakan kondisi geografis yang banyak dilalui perbukitan, maka Sepur Sempit merupakan pilihan yang sangat baik karena dapat memperkecil jari-jari lengkung dan dapat menghemat biaya pembangunan jalan baja.
            Berdasarkan kecepatan, jalan baja di Indonesia di kelompokkan dalam dalam 2 (dua) kelas yaitu :
Kelas
Tingkat
Kecepatan
I
I
> 90 Km/jam
I
II
60 – 90 km/jam
II
I
45 – 59 km/jam
II
II
< 45 km/jam
Tabel 1: Klasifikasi jalan baja di Indonesia berdasarkan kecepatan
Sumber: Diktat Kuliah Rekayasa Jalan Rel Unida Banda Aceh 2016

Pembagian klasifikasi ini sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah untuk jalan baja, baik yang menyangkut dengan persyaratan konstruksi maupun keselamatan dan keamanan operasional kereta api (persinyalan, telekomunikasi dan pemeliharaan),  Selain itu juga termasuk pertimbangan kecepatan tertinggi, pembagian kelas jalan baja sekarang dibedakan juga atas dasar pembebanan.
Jika tanjakan tidak melebihi 10 permil disebut jalan dataran dan bila lebih dari 10 permil disebut jalan pegunungan. Tanjakan maksimum untuk jalan adhaesi dengan traksi uap terbatas pada 40 permil, traksi listrik 45 permil dan jika lebih curam lagi diperlukan jalan bergigi dengan tanjakannya dapat mencapai 250 permil.  Ada juga yang menggunakan kereta listrik (electric railcars) yang ditarik kabel baja, dan untuk melintasi jurang digunakan kereta gantung (rope ways).
 




  
 Gambar 1 : Rel Kereta Api
(Sumber : http://www. Jalanrelka.blogspot.com/p/ilmujalan-rel.html)

 











Gambar 2: Cross Section Konstruksi Jalan Baja (Standard Baru)
      Sumber: Diktak kuliah Jalan Rel Unida 2016

2.5.            Emplasemen
              Emplasemen merupakan sebagai suatu tempat yang diperuntukan bagi bangunan utilitas, yaitu sekelomok sepur dan wesel beserta seluruh perlengkapannya.
Adapun bentuk global emplasemen adalah :
No.
Jenis Emplasemen
Bentuk Emplsemen
1.
Trapesium Tunggal

2.
Trapesium Ganda


3.
Jajaran Genjang

4.
Kipas atau Sapu

Tabel 2: Skema bentuk global emplesemen
Sumber: Diktat Kuliah Rekayasa Jalan Rel Unida Banda Aceh 2016
 



Gambar 3. Emplasemen


2.6.            Wesel (Switch)
Wesel merupakan satu konstruksi khusus yang berfungsi sebagai sarana untuk mengalihkan kereta api dari satu sepur ke sepur lainnya. Dalam desain pemakain / pemilihan wesel pada satu emplasemen sangat tergantung kepada kecepatan, lay out, panjang, peron, tujuan peron dan lai-lain sesuai dengan kebutuhan penggunanya. 

2.6.1.      Jenis-Jenis Wesel (Switch)
1.      Wesel Biasa Terdiri dari :
·         Wesel biasa kanan
·         Weel biasa kiri
Description: Hasil gambar untuk Wesel Biasa
 







Gambar 4: Wesel biasa
http://bestananda.blogspot.co.id/2015/06/wesel.html
2.      Wesel dalam lengkung terdiri dari :
·         Wesel searah lengkung
·         Wsel berlawanan arah lengkung
·         Wesel simetris
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyrdHjV631mYorNQ6-9XIu3HWgZpGACmE59hkYeODXSqkxc9YMqwkVQOWwRbAG7BL2vFtbs9UsSpHjZ20gmdZRPuOTFuz6yTHRjVW5m9UdIk3XRhAkqErxW0vkvB9TXZ-7gbBlnKLws8M/s1600/Wesel+dalam+Lengkung.JPG
 









Gambar 5: Wesel dalam lengkung

3.      Wesel tiga jalan
·         Wesel biasa searah
·         Wesel biasa berlawanan
·         Wesel searah tergeser
·         Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgE-ab9vZGeneMy1T72cWLsM2o46kT_VIFw7qpWnP5IDR-pkc6cWqVRVldcCgXqKDj7bWAsjtYQ_TQPYo45uuNc56YZ4mgDhD04VnLRWydlMWrahHBUoMdfsYQ3peVz7EmIV-oB9jnLE44/s400/Wesel+3+Jalan.JPGWesel berlawanan arah tergeser









Gambar 6: Wesel tiga jalan
4.      Wesel Inggris, merupakan wesel yang dilengkapi dengan gerakan-gerakan lidah dan sepur-sepur membelok (bengkok) yangtediri dari :
·         Wesel Inggris lengkap
·         Wesel Inggris tidak lengkap

2.7.            Lokomotif
Lokomotif adalah bagian dari rangkaian kereta api di mana terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api. Biasanya lokomotif terletak paling depan dari rangkaian kereta api. Operator dari lokomotif disebut masinis. Masinis menjalankan kereta api berdasarkan perintah dari pusat pengendali perjalanan kereta api melalui sinyal yang terletak di pinggir jalur rel.
Berdasarkan mesinnya, lokomotif  terbagi menjadi :
1.      Lokomotif  Uap, merupakan cikal bakal mesin kereta api. Uap yang dihasilkan dari pemanasan air yang terletak di ketel uap digunakan untuk menggerakkan torak atau turbin dan selanjutkan disalurkan ke roda. Bahan bakarnya bisanya dari kayu bakar atau batu bara.
Description: Hasil gambar untuk lokomotif uap
 











Gambar 7: Lokomotif Uap

2.      Lokomotif diesel mekanis, menggunakan mesin diesel sebagai sumber tenaga yang kemudian ditransfer ke roda melalui transmisi mekanis. Lokomotif ini biasanya bertenaga kecil dan sangat jarang karena keterbatasan kemampuan dari transmisi mekanis untuk dapat mentransfer daya.

3.      Lokomotif diesel elektrik, pada lokomotif ini mesin diesel dipakai untuk memutar generator agar mendapatkan energi listrik. Listrik tersebut dipakai untuk menggerakkan motor listrik besar yang langsung menggerakkan roda.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpobp-lnvj4iu9tpBkysVwRt98ZwUKM_Uhskz76H_LS2L91CNDuMwo9NPkv8x4qBvyBWSRN6ooebllV8b5guuoeEtG5kradjDWDBuHBC6HjB52EL0Ic2ZHXvxo0YuBGPeVdXdHqAWRTMc/s320/CC206+Besta%2527s+Blog.JPG
 











4.      Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOGC4w9A01hANgaMyzhGWQA4tUBFdyTEU5jRbUvoEc0loVgnoWmr5uAKSFsSKp8MlmRzKOr5uDlF7Os_AmNn4IRkp8k1DYZvo2LDN1RotpcbXjvJmINDA3xYjZ4Ryh9GKkZJC3fYg9J9Q/s320/BB301.JPGLokomotif diesel hidraulik,  lokomotif ini menggunakan tenaga mesin diesel untuk memompa oli dan selanjutnya disalurkan ke perangkat hidraulik untuk menggerakkan roda. Lokomotif ini tidak sepopuler lokomotif diesel elektrik karena perawatan dan kemungkinan terjadi problem besar.












5.      Lokomotif listrik adalah lokomotif yang paling popular. Prinsip kerjanya hampir sama dengan lokomotif diesel elektrik, tetapi tidak menghasilkan listrik sendiri. Listriknya diperoleh dari kabel transmisi di atas jalur kereta api. Jangkauan lokomotif ini terbatas hanya pada jalur yang tersedia jaringan transmisi listrik penyuplai tenaga.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhMY_AGGhRorEji1_RMhaywA2AYDejTW52vlRMNJaluZJ8mMdgfn8Jc1h9WRWGeWA73Hio0PKBQ_OVNKDH8A4RP-XAioPlDHcfJg2taNkJgxtNoDvr8MheTwlOJzX2cMtKeGP1vkXPQzQ/s1600/czr.jpg
 









Gambar 10: Lokomotif listrik

2.8.            Kondisi Daerah
Wilayah Aceh Utara memiliki topografi wilayah yang sangat bervariasi, dari daerah dataran rendah yang luas di utara memanjang barat ketimur hingga daerah pegunungan di selatan. Ketinggian rata-rata wilayah Aceh Utara adalah 125 m. Jalan lintas timur Sumatera melintasi wilayah dataran rendah sehingga menjadikan wilayah rendah ini menjadi kawasan yang lebih berkembang secara ekonomi dibanding wilayah selatan yang ada dipedalaman. Pada wilayah dataran rendah senantiasa dilanda banjir ketika curah hujan tinggi diselatan, salah satu wilayah yang menjadi daerah langganan banjir kiriman dari selatan adalah kecamatan Lhoksukon, Matangkuli, Pirak, Samudera, Lapang, Tanah Luas, Tanah Pasir dan Meurah Mulia. Luapan dari sungai Keureutoe dan Sungai Pasee menjadi masalah tahunan bagi masyarakat Aceh Utara di kecamatan-kecamatan tersebut.
Komposisi penduduk berdasarkan etnis di Aceh Utara diisi oleh beberapa etnis yang terbesar adalah etnis Aceh dan etnis Jawa. Mayoritas agama yang dianut adalah agama Islam hampir 100%, sedikit sekali non muslim dalam komposisi beragama masyarakat di Aceh Utara. Karena itu di wilayah Aceh Utara bahkan tidak menemukan satupun sarana rumah peribadatan selain masjid, mushola dan meunasah. Sebagian besar masyarakat Aceh Utara bekerja dibidang pertanian, tingginya angka pengangguran disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM membuat tidak banyak usaha jasa dan industri yang berkembang. Berbanding terbalik pada masa lalu ketika sektor migas menjadi primadona di Aceh Utara banyak masyarakatnya yang direkrut di perusahaan-perusahaan eksplorasi migas meski hanya menempati posisi-posisi rendahan. Seiring dengan berakhirnya era migas dan diperparah oleh konflik politik dan keamanan di Aceh, maka menurun pula sektor jasa dan industri yang berlokasi di Aceh Utara.
 












Gambar 11: Peta Kabupaten Aceh Utara
Sumber: desnantara-tamasya.blogspot.com

 2.9.            Potensi Daerah
Wilayah dataran rendah didominasi oleh lahan pertanian berupa persawahan dan permukiman penduduk, dipesisir terdiri dari tambak perikanan air asin sementara diwilayah dataran tinggi lahan perkebunan yang mulai digarap secara meluas oleh masyarakat. Potensi pertanian di Aceh Utara masih belum bisa diandalkan guna meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dikarenakan sistem pengairan persawahan masih mengandalkan irigasi tradisional dan sebagiannya malah masih berupa sawah tadah hujan. Dibidang perkebunan sendiri Aceh Utara memiliki perkebunan kelapa sawit, karet dan kakao yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara I yang mengelola lahan perkebunan kelapa sawit pada areal seluas 46.377 ha, karet 11.918 ha dan kakao seluas 354 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri, PTPN I juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 16.832 ha yang terdiri dari areal kelapa sawit 6.714 dan karet 10.118 ha. Pada awalnya PTPN I ini juga mengelola perkebunan tebu yang diproduksi menjadi gula di pabrik gula Cot Girek, namun pabrik tersebut tidak beroperasi lama hingga pada akhirnya dikonversi menjadi pabrik pengolahan kelapa sawit.

2.9.1.      Potensi Langsung
Setelah berakhirnya era industri pengolahan gas alam cair PT. Arun LNG di Lhokseumawe pada tahun 2014. Aceh Utara  mulai memfokuskan pembanguna pada bidang perkebunan, pertanian, peternakan dan perikanan. Dibidang perkebunan sendiri Aceh Utara memiliki perkebunan kelapa sawit, karet dan kakao yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara I yang mengelola lahan perkebunan kelapa sawit pada areal seluas 46.377 ha, karet 11.918 ha dan kakao seluas 354 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri + inti, PTPN I juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 16.832 ha yang terdiri dari areal kelapa sawit 6.714 dan karet 10.118 ha. Pada awalnya PTPN I ini juga mengelola perkebunan tebu yang diproduksi menjadi gula di pabrik gula Cot Girek, namun pabrik tersebut tidak beroperasi lama hingga pada akhirnya dikonversi menjadi pabrik pengolahan kelapa sawit. Luas sawah yang yang ditanami padi ssatu sampai dengan tiga kai dalam satu tahun adalah sebesar 45.845 ha. Dan luas lahan bukan sawah sebesar 284.201 ha ini belum termasuk dengan luas lahan untuk komoditi pertanian lainnya seperti cabe, cabe rawit, jagung, ubi jalar, semangka, kacang panjang, kacang tanah, dll. Pada bidang peternakan menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2014 populasi sapi diwilayah Aceh Utara berjumlah 92.365 ekor dan kambing/domba berjumlah 12.998 ekor.

2.9.2.        Potensi Tidak Langsung
Dua destinasi wisata sejarah yang ada di Aceh Utara adalah situs sejarah bekas Kesultanan Samudera Pasai di Kecamatan Saudera, Rumah Cut Meutia di kecamatan Pirak Timu dan tugu perjuangan Teungku Abdul Jalil Cot Plieng di kecamatan Syamtalira Bayu. Sedangkan destinasi wisata alamnya adalah air terjun Blang Kulam di kecamatan Kuta Makmur, pemandian Krueng Sawang di kecamatan Sawang dan pantai Ulee Reubek di kecamatan Seunuddon.

2.10.        Akses Transportasi
Aceh Utara adalah satu-satunya daerah di provinsi Aceh yang termasuk memiliki sarana transportasi paling lengkap. Bus umum antar kota antar provinsi melayani pengguna di jalan lintas Sumatera sepanjang hari dan malam. Bagi pengguna moda transportasi udara terdapat sebuah bandara di kecamatan Dewantara. Bandara ini mulai ramai didarati pesawat terbang berbadan sedang yang mengangkut penumpang menuju bandara Kuala Namu di Sumatera Utara. Untuk angkutan laut juga telah tersedia pelabuhan Krueng Geukueh yang dibangun sebagai pelabuhan industri dan sarana pengangkutan komoditas pertanian serta industri. Kereta api juga telah tersedia sarananya di Aceh Utara, jalur rel kereta api jarak dekat telah menghubungkan antara kota Lhokseumawe dengan Krueng Mane namun belum dioperasikan hingga saat ini. Selain itu alat transportasi yang lazim digunakan masyarakat adalah becak mesin untuk penggunaan antar desa dalam jarak dekat juga tersedia bus mini yang mengangkut pengguna pada jarak jauh dan sedang. Alat transportasi alternatif lain adalah RBT atau Ojek yang melayani penumpang di pedesaan.

2.11.        Dampak Pembangunan Jalan Rel
Dari pembanguna jalan rel ini, diharapkan dapat semakin meningkatkan ekspor potensi-potensi pertanian yang ada di kabupaten Aceh Utara melalui pelabuhan laut Krueng Geukueh di Kecamatan Dewantara Aceh Utara. Dengan adanya transportasi kereta api diharapkan jumlah komoditi yang diangkut bisa semakin banyak yang bisa berdampak pada semakin murahnya biaya angkut dari sentra-sentra produksi ke pelabuhan laut untuk diteruskan ke berbagai daerah tujuan baik nasional maupun internasional.
Pembanguna  jalan rel Lhoksukon (Aceh Utara) –Lhokseumawe juga merupakan salah satu upaya untuk menghubungkan jalan rel yang suadah ada sebelumnya yang menghubungkan Lhokseumawe - Kreueng Mane (Aceh Utara), sehinga dengan adanya jalur baru Lhoksukon (Aceh Utara)  – Lhokseumawe dapat semakin memudahkan dan mendukung mobilisasi barang dan penumpang yang akan menggunakan Pelabuhan Krueng Geukuh sebagai tujuan ekspor dan impor hasil bumi maupun barang baik yang keluar dari Aceh maupun yang masuk ke Aceh dan akan memudahkan masyarakat yang berada di kecamatan Krueng Mane, Muara batu, dan Dewantara untuk menuju ke Ibukota Kabupaten yang terletak di Lhoksukon yang berjarak ± 66,5 km.





BAB III
KRITERIA PERENCANAAN

3.1.Lokasi Railway
Rencana lokasi jalan rel yang akan dibangun antara Lhokseumawe – Lhoksukon yang menempuh jarak 52,8 km, yang lokasi rel direncanakan melalui jalan Line pipa Kecmatan Blang Mangat Lhokseumawe  yang sampai ke ibukota Kabupaten Aceh Utara Lhoksukon.

3.2.Jenis Dan Type Railway
Jenis Railway yang akan digunakan pada rute Lhoksukon (Aceh Utara) – Lhokseumawe adalah menggunakan sepur sempit (Narrow Gauge) 1.067 mm = 3ˈ6 ˝ ini dikarenakan lebih baik digunakan pada daerah pengunungan , karena dapat memperkecil jari-jari lengkung dan dapat menghemat biaya pembanunan railway.

3.2.1.      Dimensi
Dalam perencenanaan railway Lhoksukon (Aceh Utara)– Lhokseumawe dimensi railway yang direncanakan akan melalui daerah perbukitan dan daerah dataran rendah dimana akan dilakukan cut and fiil pada tubuh jalan.
3.3.Tipe Konstruksi Railway
Konstruksi railway terdiri dari konstruksi bagian atas dan bagian bawah dimana bagian atas terdiri dari rangkaian baja dan bantalan dan bagian bawah  yang terdiri tubuh jalan dan alas balas. Railway ini akan menggunakan  standar konstruksi kelas – 1 menggunakan profil jalan baja yan didasarkan pada standar baru (Gambar 2: Cross Section konstruksi jalan baja).

3.4.Fasilitas Pendukung
            Layaknya  railway pada daerah  lain, juga akan dilengkapi Stasiun, dan bangunan-bangunan lainnya seperti stasiun kereta api di kota lhokseumawe dan Lhoksukon, bengkel perawatan kereta api di Lhoksukon, dan beberapa pos di jalur perlintasan kerata api yang dekat dengan pemukiman masyarakat.
3.4.1.      Stasiun Kereta Api
Stasiun kereta api adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api. Untuk daerah/kota yang baru dibangun mungkin stasiun portabel dapat dipergunakan sebagai halte kereta.
Fasilitas stasiun kereta api umumnya terdiri atas:
·         Pelataran parkir di muka stasiun
·         Tempat penjualan tiket, dan loket informasi
·         Peron atau ruang tunggu
·         Ruang kepala stasiun, dan
·         Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, telegraf, dan lain sebagainya.    
Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak daripada stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti ruang tunggu (VIP ber AC), restoran, toilet, mushola, area parkir, sarana keamanan (Polsuska), sarana komunikasi, dipo lokomotif, dan sarana pengisian bahan bakar. Pada papan nama stasiun yang dibangun pada zaman Belanda, umumnya dilengkapi dengan ukuran ketinggian rata-rata wilayah itu dari permukaan laut, misalnya Stasiun Bandung di bawahnya ada tulisan plus-minus 709 meter.
Description: Description: 7 Stasiun Unik di Indonesia
 











Gambar 12: Stasiun kereta api
Sumber: http://www.bangkubiru.com/2015/11/7-stasiun-unik-di-indonesia.html
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMaH8D0o7RCf8psu9MgI_7UZr1INbCVFB8EyIE28ZrQ20L5nBxksG4sSm7fuU-DDUBgyqfmstoeW740elBls2Sq68DM8ZX9FbScOiqtUKwuS0tr7S_1kQXyCHXwBpc2VmUicHcLG5IgTV9/s259/images.jpg
 

















Gambar 12. Peron stasiun kereta api
Sumber gambar : http://railcrew-2a.blogspot.co.id/2013/07/fasilitas-kereta-api.html

 
















Gambar 13. Bengkel Kereta Api



  


  
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan analisis teoretis mengenai suatu cara atau metode.  Dalam tugas perencanaan lapangan terbang ini, referensi data yang digunakan bersumber dari :
1.    Diktak kuliah rekayasa jalan rel prodi teknik sipil Unida Banda Aceh oleh Ir. H. Irawa kusumah AR, MT.




    

BAB V
KESEIMPULAN DAN SARAN


5.1  Kesimpulan

Untuk mewujudkan  program pembagunan nasional trans sumatera khususnya jalur kereta api, bahwa pembangunan jalur kereta api pada rute Lhoksukon Aceh Utara – Lhokseumawe merupakan kelanjutan dari proyek pembangunan rel kereta api Krueng Mane - Kreung Geukuh.
Pembangunan transportasi Kereta Api yang berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik dan pertahanan keamanan diarahkan pada terwujudnya sistem transportasi yang andal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung pola distribusi nasional, serta mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan anatar daearah untuk lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara.

5.2  Saran

Dengan keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis, diharapkan makalah Rekayasa Jalan Rel ini dapat membantu dan memberikan pemahaman tentang Jalan Rel khususnya kepada penulis dan umumnya untuk semua pembaca.



Tidak ada komentar: