ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
(AHP)
1.1
Latar Belakang
AHP (Analytical
Hierarchy Process) adalah pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas
L Saaty. Dalam banyak penelitian, Metode yang dipilih adalah menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process) karena
memiliki sejumlah keunggulan (Alessio Ishizaka & Asharf Labib, 2009).
Dengan menggunakan metode Delphin dan AHP (Analytical Hierarchy Process). Studi
kasus atau case study merupakan
bagian dari metode kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara
lebih mendalam dengan melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi.
Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki
fungsional dengan input utamnya persepsi manusia. Suatu masalah yang kompleks
dan tidak terstruktur dipecah kedalam kelompok, kelompoknya dankelompok
tersebut akan menjadi suatu hirarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari
sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi-level dimana level
pertama adalah Tujuan, yang
diikuti level factor, kriteria, Sub Kriteria, dan seterusnya ke bawah level
terakhir dari alternatif. Dengan
hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam
kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga
permasalahan akan tampak lebih terstruktur
dan sistematis (Syaifullah,
2010).
2.1 Metode AHP
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Berikut langkah-langkah yang akan dilakukan dengan dengan metode ini:
- Decomposition artinya memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tersebut
- Comparative judgement adalah melakukan perbandingan antar elemen-elemen dalam hirarki yang disajikan dalam bentuk matriks. Perbandingan ini dilakukan dengan cara berpasangan antar elemen. Cara ini disebut juga pairwise comparation
- Sementara itu hasil akhir dari seluruh analisis adalah melakukan Synthesis of Priority. Dengan demikian maka akan diperoleh prioritas masing-masing elemen.
Membuat matriks perbandingan
berpasangan yang menggambarkan tentang kontribusif relatif atau pengaruh setiap
elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Matriks yang
digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka
konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua
perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis tentang kepekaan prioritas
secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks
mencerminkan tentang aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan
didominasi.
2.1.1 Prinsip Dasar AHP
- Membuat hierarki, system yang kompleksbisa dipahami dengan memecahnya menjadi elemen-elemen pendukung, dan menyusun elemen secara hirarky
- Penilaian Kriteria Alternatif, Kriteria dan alternative dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat
- Menentukan Prioritas, nilai perbandingan relative dari seluruh alternatif kriteria bias disesuaikan dengan judgement untuk menghasilkan bobot dan prioritas
- Konsistensi Logis, Tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
2.2 Model Penyusunan
Matematis AHP
Membuat matrik perbandingan berpasangan kriteria untuk bantuan raskin Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil penilaian terhadap pertanyaan yang di ajukan kepada responden selanjutnya direkap dalam bentuk tabel. Bagian kiri adalah factor yang menunjukkan skala jawaban yang bernilai negatif, sedangkan bagian sebelah kanan menunjukkan skala jawaban yang bernilai posisif.
Tabel 1. Matrik Perbandingan Kriteria
dimana :
A1 ... An =
kriteria / sub kriteria / alternatif program
w1 ... wn =
bobot dari kriteria / sub kriteria / alternatif program
Nilai-nilai pada setiap baris pada matrik
merupakan perbandingan antara faktor-faktornya dengan masing-masing faktor itu
sendiri, dan menjumlahkan nilai total dari suatu kolom pada matrik tersebut.
Untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan elemen, Saaty (1994) menetapkan
skala kuantitatif 1 sampai 9. Nilai dan definisi dari skala perbandingan Saaty
bisa diukur menggunakan tabel 1 berikut
1.
Melakukan
perkalian Matrik penilaian dengan Matrik Prioritas
2.
Membagi
baris pada Matrik [NxP] dengan baris pada Matrik [P]
3.
Menghitung
nilai eigenvalue (λ max)
4.
Menghitung
Indeks Konsistensi / Consistency Index (CI)
Syarat : CR <
0.1, untuk model AHP dapat ditetapkan
bahwa CR ≤ 0,1 maka judgement yang telah diberikan dianggap cukup konsisten. Sedangkan untuk nilai RI ini
dapat dilihat dari tabel . Bila CR > 0,1 maka pengisian
nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif
harus diulang
Hasil akhir didapatkan dengan cara
mengalikan nilai prioritas kriteria dengan nilai prioritas setiap alternatif
setiap alternatif terhadap kriteria dan kemudian hasil perkalian tersebut
dijumlahkan untuk mengetahui totalnya.
Fatimah, Eldina, Dr.Ir, M.Sc.Eng,Bahan Kuliah Statistika Analytical Hierarchy Process (AHP) Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
https://media.neliti.com/media/publications/294962-penerapan-metode-analytical-hierarchy-pr-71ba5b07.pdf
https://www.semanticscholar.org/paper/PEMILIHAN-KONTRAKTOR-SPESIALIS-OLEH-KONTRAKTOR-Harianto Susetyo/b56b24d2a003d383aabf83d575dabd68e639b7f0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar