ANALISIS PERSEPSI
MASYARAKAT PENGGUNA BUS TRANS KOETARADJA KORIDOR I RUTE PUSAT KOTA - DARUSSALAM
oleh : Nazaruddin
Pendahuluan
Transportasi
sangat penting untuk menunjang perkembangan suatu kota. Sebagai Ibukota
Provinsi Aceh, Banda Aceh menjadi pusat pemerintahan pusat pemerintahan dan
kota jasa. Pertumbuhan volume
kendaraan yang tidak seimbang dengan fasilitas jalan yang tersedia
mengakibatkan kemacetan dan masalah lalu lintas lainnya, sedangkan lahan yang
tersedia untuk menambah fasilitas tersebut saat ini juga sangat terbatas. Bus
Transportasi Trans Koetardja merupakan moda transportasi yang menghubungkan antara Banda Aceh dan sebagian wilayah Aceh
Besar yang mulai beroperasi pada tahun 2016. Angkutan Trans Koetaradja
diharapkan menjadi solusi permasalahan transportasi di Kota Banda Aceh, bukan
hanya menjadi solusi untuk mengurangi kemacetan di Banda Aceh tetapi juga
sebagai transportasi dengan biaya yang relatif terjangkau oleh masyarakat untuk
menjelajahi berbagai tempat wisata yang berada dikawasan Banda Aceh dan Aceh
Besar.
Diharapkan
dengan adanya moda transportasi massal Trans Koetaradja ini di dapat solusi untuk mengurangi kepadatan
dan kemacetan lalu lintas di jalan raya, sehingga mempermudah mobilisasi
masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas yang juga dapat mengurangi polusi
udara akibat pembuang dari kenderaan bermotor. Koridor I Rute Pusat
Kota – Darussalam merupakan salah satu koridor utama dalam
pengoperasian Trans Koetardaja yang saat ini dilayani oleh 10 unit bus Trans
Koetardja yang berangkat dari Halte Keudah
(H1) menuju Halte Mesjid Jami’ Darussalam (H13). Koridor I Pusat Kota - Darussalam merupakan
koridor yang memiliki intensitas pengguna yang tinggi, dimana sebagian besar
kegiatannya di jalur tersebut merupakan kawasan yang mempunyai karakteristik,
sebagai pusat pemerintahan, perdagangan/jasa dan pendidikan.
Untuk dapat menarik minat masyarakat dalam menggunakan
moda transpotasi Trans Koetaradja, maka pihak pengelola harus dapat menyediakan
dan memberikan fasilitas yang memadai serta memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat pengguna moda transportasi massal.
Pelayanan
yang baik merupakan faktor utama yang dapat memiliki pengaruh bagi keberhasilan
Trans Koetaradja untuk menciptakan kepuasan masyarakat pelanggan. Pelayanan
yang dirasakan oleh masyarakat pengguna dapat mendorong untuk kembali
menggunakan moda trasnportasi Trans Koetaradja sehingga dapat memberikan
pengaruh dengan semakin meninggkatnya pengguna Trans Koetardja. Dengan hal ini,
bisa menumbuhkan loyalitas masyarakat pengguna bus Trans Koetaradja.
KAJIAN
PUSTAKA
Pengertian Transportasi
Transportasi dapat diartikan sebagai
usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek
dari suatu tempat ke tempat lain, di mana ditempat lain objek tersebut lebih
bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu (Miro, 2004). Adapun
tujuan dari diselenggaraknnya sistem transportasi yaitu agar proses
transportasi penumpang dan barang dapat dicapai secara optimum dalam ruang dan
waktu tertentu, dengan mempertimbangkan faktor keamanan, kenyaman dan
kelancaran serta efisiensi atas waktu dan biaya.
Angkutan Massal/Umum
Angkutan umum sebagai salah satu
elemen dari sistem transportasi perkotaan memegang peranan yang sangat penting.
Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke
tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau berbagai
tempat yang dikehendaki, atau mengirimkan barang dari tempat asalnya ketempat
tujuannya. Prosesnya dapat dilakukan menggunakan sarana angkutan berupa
kendaraan atau tanpa kendaraan (diangkut oleh orang). Angkutan Umum adalah
angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam
pengertian angkutan umum penumpang adalah angkutan kota (Bus, Mini Bus, dsb),
kereta api, angkutan air dan angkutan udara (Warpani, 1990).
Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan dijelaskan
angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan kendaraan. Sedangkan kendaraan
umum
adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum
dengan dipungut bayaran. Pengangkutan orang
dengan kendaraan umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil
penumpang dilayani dengan trayek tetap atau teratur dan tidak dalam trayek tujuan
utama keberadaan angkutan umum penumpang adalah menyelenggarakan pelayanan
angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat ukuran pelayanan yang baik adalah
pelayanan yang aman, cepat, murah dan nyaman selain itu, keberadaan angkutan
umum penumpang juga membuka lapangan kerja. Ditinjau dengan kacamata
perlalu-lintasan, keberadaan angkutan umum penumpang mengandung arti
pengurangan volume lalu lintas kendaraan pribadi, hal ini dimungkinkan karena
angkutan umum penumpang bersifat angkutan massal sehingga biaya angkut dapat
dibebankan kepada lebih banyak orang atau penumpang. Banyaknya penumpang
menyebabkan biaya penumpang dapat ditekan serendah mungkin (Warpani, 1990).
Menurut
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, ada beberapa kriteria yang
berkenaan dengan angkutan umum. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor
yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik
langsung maupun tidak langsung. Trayek adalah lintasan kendaraan untuk pelayanan
jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan
tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak terjadwal.
Menurut Warpani (1990), ada 2 (dua) Komponen yang
terdapat pada Angkutan Umum yaitu sebagai berikut:
1.
Pelayanan angkutan umum penumpang
Pelayanan angkutan umum penumpang dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok berdasarkan tiga karakteristik yaitu:
1).
Berdasarkan jenis rute dan perjalanan yang dilayani,
meliputi :
a)
Angkutan umum jarak pendek
b)
Angkutan umum kota
c)
Angkutan umum regional
2).
Berdasarkan jadwal perhentian, meliputi :
a)
Pelayanan lokal
b)
Pelayanan dipercepat
c)
Pelayanan cepat
3).
Berdasarkan waktu operasi, meliputi :
a)
Pelayanan sepanjang hari
b)
Pelayanan jam sibuk atau angkutan umum untuk
perjalanan commuter
c)
Pelayanan tidak tentu, beroperasi pada
peristwa-peristiwa tertentu
2.
Komponen fisik angkutan umum penumpang
Menurut udang-undang lalu lintas dan angkutan umum,
(2006) secara umum komponen fisik angkutan umum diklasifikasikan sebagai
berikut :
1).
Kendraan
2).
Jalan
3).
Lokasi dan fasilitas Perhentian
4).
Depo
5).
Sistem Kontrol
6).
Sistem Kontrol rute angkutan umum
Pelayanan Trayek Angkutan Umum
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Nomor: SK.687/AJ.206/DRJD/2002 dalam perencanaan jaringan
trayek angkutan umum harus diperhatikan faktor yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan adalah sebagai berikut :
1.
Pola
tata guna tanah
Pelayanan angkutan umum diusahakan
mampu menyediakan aksebilitas yang baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan
trayek angkutan umum diusahakan melewati tata guna tanah dengan potensi
permintaan yang tinggi. Demikian juga lokasi-lokasi yang potensial menjadi
tujuan bepergian diusahakan menjadi prioritas pelayanan.
2.
Pola pergerakan penumpang angkutan umum
Rute angkutan umum yang baik
adalah arah yang mengikuti pola pergerakan penumpang angkutan sehingga tercipta
pergerakan yang lebih effesien trayek angkutan umum harus dirancang sesuai
dengan pola pergerakan penduduk yang terjadi,
sehingga transfer moda yang terjadi pada saat penumpang
mengadakan perjalanan dengan angkutan umum dapat diminimumkan.
3.
Kepadatan penduduk
Salah satu
faktor yang menjadi prioritas angkutan umum adalah wilayah kepadatan penduduk
yang tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah yang mempunyai potensi
permintaan yang tinggi. Trayek angkutan umum yang ada diusahakan sedekat
mungkin menjangkau wilayah itu.
- Daerah pelayanan
Pelayanan angkutan umum,
selain memperhatikan wilayah-wilayah potensial pelayanan, juga menjangkau semua
wilayah perkotaan yang ada hal ini sesuai dengan konsep pemerataan pelayanan
terhadap penyediaan fasilitas angkutan umum.
- Karakteristik jaringan.
Kondisi jaringan jalan akan
menetukan pola pelayanan trayek angkutan umum. Karakteristik jaringan jalan
meliputi konfigurasi, klasifikasi, fungsi, lebar jalan, dan tipe operasi jalur.
Operasi angkutan umum sangat dipengaruhi oleh karakteristik jaringan jalan yang
ada.
Kriteria Rute Angkutan Massal
Rute angkutan umum pada dasarnya menganut dua filisofi
dasar (LPKM- ITB, 1997), yaitu pendekatan efisiensi dan efektivitas. Ditinjau
dari pendekatan efektivitas, maka filisofi dasar perencanaan rute dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Rute yang baik adalah rute yang mampu menyediakan
pelayanan semaksimal mungkin pada daerah pelayanannya kepada penumpang dengan
menggunakan sumber daya yang ada.
Dari kedua pendekatan diatas, terlihat bahwa
pendekatan pertama lebih ideal tetapi tidak realistik, sedangkan pendekatan
kedua meskipun tidak ideal tapi realistik.
Permintaan Angkutan Umum Dalam Kota
Warpani (1990) mengatakan bahwa seseorang memerlukan
angkutan umum penumpang untuk mencapai tempat kerja, untuk berbelanja,
berwisata, maupun untuk memenuhi kebutuhan sosial-ekonomi lainnya. Permintaan
angkutan umum penumpang pada umumnya dipengaruhi oleh karakteristik
kependudukan dan tata guna lahan pada wilayah tersebut (Levinson, 1976).
Permintaan yang tinggi terjadi pada wilayah dengan
kepadatan penduduk yang tinggi dan wilayah dengan kepemilikan pribadi yang
rendah. Pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, besarnya permintaan
angkutan umum penumpang sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan dan adanya
kepemilikan kendaraan pribadi.
Kepadatan penduduk di dalam suatu kota mempengaruhi
permintaan angkutan umum penumpang. Menurut Bruton (dalam Warpani,1990),
kawasan berkepadatan tinggi secara ekonomis dapat dilayani oleh angkutan umum
penumpang. Terdapat kondisi yang sulit untuk menyelenggarakan pelayanan
angkutan umum penumpang yang cukup dan ekonomis pada kawasan denga kepadatan
penduduk rendah. Disamping itu kawasan dengan kepadatan penduduk rendah yang
cenderung ditempati oleh kelompok masyarakat berpenghasilan menengah dan
tinggi, pada umumnya tingkat kepemilikan kendaraan pribadi dari kelompok
tersebut relatif tinggi.
Trans Koetaradja
Trans Koetaradja merupakan anggkuta massal yang
diluncurkan untuk mengatasi permasalahan transportasi perkotaan, seperti:
kepadatan, kesemrawutan parkir, kecelakaan lalu-lintas, populasi dan lain-lain
yang menunjang Banda Aceh Sebagai Kota Madani. Menurut Peraturan Gubernur Aceh
Nomor : 47 Tahun 2016 menyatakan bahwa Trans Koetaradja adalah angkutan
umum yang berkapasitas angkut dan
bersifat massal yang dioperasikan di Aceh menghubungkan antar simpul
transportasi di Provinsi Aceh dan pengoperasiannya telah diatur sesuai dengan
koridor yang ditetapakan. Adapun koridor yang dimaksud adalah sebagai berikut :
- Koridor I :
Pusat Kota – Darussalam
- Koridor II :
Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda-Pusat Kota-
Pelabuhan Ulee
Lheue-Pusat Kota-Mata Ie
- Koridor III :
Pusat Kota – Mata Ie
- Koridor IV :
Pusat Kota – Ajun-Lhoknga
- Koridor V :
Ulee Lheue-Terminal Tipe A
- Koridor VI :
Terminal Tipe A-Syiah Kuala
Persepsi Masyarakat
Menurut Robbins dalam Merfazi
(2019) Persepsi masyarakat yaitu suatu proses di mana sekelompok manusia yang hidup
dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu dan memberikan pemahaman terkait
peristiwa yang terjadi di lingkungannya.
Sedangkan Walgito (2000)
menjelaskan persepsi itu merupakan aktivitas yang integrated, maka
seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman,
kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri
individu masyarakat akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Jadi,
persepsi yang dimaksud adalah persepsi atau pandangan masyarakat terhadap moda
Transportasi Trans Koetaradja yang telah beroperasi sejak tahun 2016 di dalam
kota Aceh dan sabagian Kabupaten Aceh Besar.
Dalam melakukan perjalanan,orang biasanya dihadapkan
pada pilihan jenis angkutan mobil, angkutan umum, pesawat terbang, atau kereta
api. Dalam menentukan pilihan jenis angkutan, orang mempertimbangkan berbagai
faktor, yaitu maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya, dan tingkat kenyamanan.
Meskipun dapat diketahui faktor yang menyebabkan seseorang memilih jenis moda
yang digunakan, pada kenyataannya sangatlah sulit merumuskan mekanisme
pemilihan moda ini.
Dalam
Tamin (2000) menerangkan bahwa pemilihan moda juga dapat digunakan untuk
pemilihan rute. Untuk angkutan umum, rute ditentukan berdasarkan moda
transportasi (bus dan kereta api mempunyai rute yang tetap).. Untuk kendaraan
pribadi, diasumsikan bahwa orang akan memilih moda transportasinya dulu, baru
rutenya. Seperti pemilihan moda, pemilihan rute tergantung pada alternatif
terpendek, tercepat, dan termurah, dan juga diasumsikan bahwa pemakai jalan
mempunyai informasi yang cukup (misalnya tentang kemacetan jalan) sehingga
mereka dapat menentukan rute yang terbaik.
Kualitas Pelayanan
Kualitas
merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia,
proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2001).
Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan
konsumen (Tjiptono, 2007). Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan
cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata
mereka terima / peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan /
inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa yang
diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan,
maka kualitas
pelayanan dipersepsikan baik dan
memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas
pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.Sebaliknya jika jasa yang
diterima lebih rendah daripada yang diharapkan,
maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.
Menurut Kotler (2002) definisi pelayanan adalah setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak
lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan
apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk
fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri.
Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum
dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi
akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering.
Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan
mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita
jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja
biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut:
- Kualitas
meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan.
- Kualitas mencakup
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
- Kualitas
merupakan kondisi yang selalu berubah.
Dari definisi-definisi tentang kualitas pelayanan tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas
pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam hal ini diartikan
sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa
kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan
melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen.
Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan
persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh
dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan terhadap
atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Hubungan antara produsen dan
konsumen menjangkau jauh melebihi dari waktu pembelian ke pelayanan purna jual,
kekal abadi melampaui masa kepemilikan produk. Perusahaan menganggap konsumen sebagai
raja yang harus dilayani dengan baik, mengingat dari konsumen tersebut akan
memberikan keuntungan kepada perusahaan agar dapat terus hidup.
Populasi dan Sampel (Sampling)
Populasi
dalam penelitian ini adalah masyarakat pengguna Trans Koetaradja yang jumlahnya
tidak diketahui dan dapat dikatakan dalam kategori tidak terhingga. Populasi
tidak terhingga adalah populasi yang yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya
secara kuantitatif (Sugiyono,1998).
Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non probability yakni teknik sampling
aksidentisial, yakni teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu
siapa saja yang secara kebetulan/isidental
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Keterangan
:
N : |
Jumlah sampel |
N : |
Ukuran populasi |
E : |
Persen kelonggaran ketidaktelitian
karena kesalah pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan
= 10% |
Skala Likert
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode angket dengan menggunakan skala likert. Pembuatan
alat ukur ini menggunakan skala 5 yakni skala likert yang dimodifikasikan
menjadi lima alternatif jawaban yaitu Sangat Puas (SP), Puas (P), Cukup Puas
(CP), Kurang Puas (KP) dan Tidak Puas (TP) dengan tidak memberikan pilihan
jawaban R (Ragu-Ragu) kerena kecenderungan orang akan lebih memilih alternatif
jawaban tersebut (alur tengah) untuk menghindari memilih jawaban yang tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada.
Menurut Jaali (2008) Skala likert
adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Untuk
mendapatkan jawaban harus dibuat instrumen (kuesioner) yang dihubungkan dengan
bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan suatu kata-kata
atau indikator tertentu.
Sedangkan menurut Sugiono (2012)
menjelaskan bahwa skala Likert merupakan metode pengukuran yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau kelompok orang tentang
fenomena social. Dari dua pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Skala
Likert merupakan suatu model atau metode dalam melakukan perhitungan kuesioner
yang dibagikan kepada resopnden untuk mengetahui skala sikap/persepsi dari
suatu objek tertentu.
Menurut Sugiono (2012) hal yang pertama harus dilakukan
adalah menentukan skor dari tiap jawaban yang akan diberikan. Seluruh data jawaban
responden dalam penelitian ini akan dilakukan pengukuran menggunakan skala Likert dengan rincian skornya dapat
dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Jawaban Pertanyaan
dalam Skala Likert’s
No. |
Jawaban Responden |
Skor Jawaban |
1 |
Sangat Puas |
5 |
2 |
Puas |
4 |
3 |
Cukup puas |
3 |
4 |
Kurang Puas |
2 |
5 |
Tidak Puas |
1 |
………..…. (2.2)
Skor Skala tertinggi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 5 dan jumlah responden 100 orang, perhitungan skor kriterium dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel
2.2 Skor Interprestasi
No. |
Persentase % |
Skala |
1 |
81 – 100% |
SP |
2 |
61 – 80 % |
P |
3 |
41 – 60 % |
CP |
4 |
21 – 40 % |
KP |
5 |
0 – 20 % |
TP |
Selanjutnya semua jawaban responden
akan dijumlahkan dan dimasukkan kedalam rating scale dan akan
ditentukan daerah jawabannya. Rating scale Kuesioner tersebut kemudian
dijumlahkan berdasarkan masing-masing kriteria. Nilai persepsi sebagai berikut
:
SP |
= |
4
– 5 |
P |
= |
3
– 4 |
CP |
= |
2
– 3 |
KP |
= |
1
– 2 |
TP |
= |
0
– 1 |
Setelah didapatkan nilai
intervalnya, Lalu akan dihitung
persentasenya dengan rumus :
. .............................(2.3)
Keterangan
:
P : |
Prosentase |
F : |
Frekuensi dari setiap jawaban
angket |
N : |
Jumlah skor ideal |
100 : |
Bilangan tetap |
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan dengan metode deskriptif. Survei lapangan diperlukan menjelaskan secara rinci
proses dan tahapan-tahapan pengumpulan data, pengolahan data, serta analisa
data untuk hasil penelitian. Data yang diperlukan pada penelitian dikelompokkan
dalam dua macam data yaitu data primer dan data sekunder. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang menggunakan angkutan umum Trans
Koetaradja pada Koridor I Rute Pusat Kota – Darussalam untuk mendapatkan
data karakteristik responden. Penyebaran
kuesioner dilaksanakan pada halte Trans Koeta Radja di sepanjang koridor I Pusat Kota – Darussalam.
Rancangan Penelitian Yang Digunakan
Kuesioner dirancang sebagai sarana
pengumpulan data penelitian terhadap persepsi
msayarakat pengguna moda transportasi Trans Koetaradja. Kuesioner tersebut disusun berdasarkan teori-teori dan
asumsi-asumsi yang relevan dengan penelitian. Kuesioner meliputi pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik responden dan berisikan
pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi masyarakat pengguna moda transportasi
Trans Koetaradja korior I Pusat Kota – Darussalam.
Pertanyaan dibagikan kepada responden dan dapat
diisi langsung oleh peneliti setelah membacakan pertanyaan kepada responden
dengan dibimbing langsung oleh peneliti. Penelitian ini dimulai dengan studi
pendahuluan dan perumusan masalah, yang dilanjutkan dengan studi literatur.
Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang ditujukan kepada
masayarakat pengguna moda Transportasi Trans Koetardaja koridor I rute Pusata
Kota - Darusssalam. Dalam hal ini berdasarkan data dari Dinas Perhungungan
Aceh bahwa penumpang Trans Koetaradja Koridor I Pusat Kota – Darussalam pada
tahun 2019 berjumlah 2.394.602 jiwa dengan rata- rata penumpang perhari 6.652
Jiwa. Grafik laporan bulanan Bus Trans Koetaradja tahun 2019 dapat diihat pada
lampiran A.3.2 dan lampiran A.3.3 pada halaman 48 dan halaman 49. Untuk
menetukan jumlah responden dalam penelitian ini menggunakan rumus slovins
dengan batas toleransi 10% sehingga :
n = N / (1 + N. (e)²)
n = 6.652/ (1+14729.(0.1)²)
= 98.51 dibulatkan
menjadi 100 jiwa
Berdasarkan rumus
penentuan jumlah responden diatas maka
dapat diketeahui jumlah responden sebanyak 100 responden.
Dalam Sumber Data
Tahapan ini dilakukan kegiatan pengumpulan data yang diperlukan dalam
studi ini. Data yang dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan dan penyusunan
tugas akhir ini. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada Bus Trans Koetaradja yang berada di koridor I Pusat Kota –
Darussalam.
1. Data
primer
Data primer ini diperoleh langsung
dari hasil observasi lapangan dan
melalui kuesioner yang diberikan kepada responden, yaitu para pengguna jasa
moda transportasi Bus Trans Koetaradja, data ini nantinya dikemas dalam bentuk
kuesioner yang akan diisi oleh responden
2.
Data Sekunder
Adapun
data sekunder yang diperoleh untuk menunjang penelitian ini adalah berupa Peta
provinsi Aceh, Peta Kota Banda Aceh, Rute Bus Trans Koetaradja Koridor I, hasil
penelitian-penelitian terdahulu, literatur terkait dan dari dinas-dinas
terkait.
Proses Pengumpulan Data
Dalam melakukan
pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan di Bus Trans Koetaradja serta
di Halte yang berada di sepanjan Koridor I Pusat Kota – Darussalam
Alat Yang Di Gunakan
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai material yang digunakan
sebagai objek penelitian dan peralatan-peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini. eralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Peralatan
yang digunakan dalam penelitian adalah :
- Kuesinoer, untuk mengetahui
bagaimana persepsi masyarakat dalam menggunakan Bus Trans Koetaradja
Koridor I. Kuesioner penelitian dapat dilihat pada lampiran
C.3.1 halaman 66 sampai dengan halaman 68.
- Kamera, untuk dokumentasi pada
saat pengambilan data.
- Komputer, untuk pengolahan data.
Proses
Pengolahan Data
Metode
yang digunakan dalam menganalisis jawaban responden dengan
perhitungan statistik dengan menggunakan alat bantu komputerisasi Microsoft
Excel dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk tabel,
sedangkan analisis yang dilakukan
terdiri dari analisis validitas dan analisis reabilitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karekteristik Responden
Karakteristik
responden dalam
penelitian ini adalah
penumpang Trans Koetaradja Koridor I Pusat Kota – Darussalam yang berjumlah
100 orang. Hal
ini dapat dikelompokkan
atas jenis kelamin,
usia, dan pekerjaan. Pengelompokan
ini dimaksukan untuk mengetahui
jumlah dan persentase dari masing-masing
karakter responden, sehingga
para responden dapat lebih
dikenal melalui ciri-ciri
yang telah disebutkan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Anonim,
1993. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun
1993 tentang Angkutan Jalan. Jakarta.
2.
Anonim,
2002, Keputusan Menteri Perhubungan No.
KM 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan
Kendaraan Umum. Jakarta.
3.
Anonim,
2016, Pergub Aceh Nomor 47 Tahun 2016
Penyelenggaraan Bus Tran Koetaradja. Provinsi Aceh.
4.
Anonim,
2020, Pedoman Penulisan Tugas Akhir
Jurusan Teknik Sipil (Cetakan Kelima ). Fakultas Teknik Universitas
Abulyatama Aceh
5.
Dani, Rahma (2018). Analisis
Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Trans Kotaradja Menggunakan Metode
Structural Equation Modelling (SEM) Pada Koridor III (Pusat Kota – Mata Ie), Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan
Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
6.
Hadi,Maysarah
Rizqi T.,2018. Analisis Persepsi
Masyarakat Terhadap Kebijakan Trans Koetardja Menggunakan Metode Structural
Equation Modelling Pada Koridor IV (Pusat Kota – Ajun – Lhoknga), Jurnal Arsip
Rekayasa Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh.
7.
Merfazi
M, Sugiarto, Reni Angraini, 2019. Persepsi
Masyarakat Terhadap Kebijakan Trans Koetaradja PAda Koridor Pusat Kota – Mata
Ie dan Pusat Kota Ajun-Lhoknga Menggunakan Indikator Variabel Laten, Jurnal
Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.
8.
Miro,
2004, Perencanaan Transportasi Untuk
Mahasiswa, Perencana dan Praktisi. Erlangga. jakarta