Rabu, 25 September 2019

LAPORAN PRATIKUM PERENCANAAN CAMPURAN BETON DENGAN MUTU K-200

LAPORAN PRAKTIKUM
PERENCANAAN CAMPURAN BETONDENGAN MUTU K-200  
ANDY ANDRIANSYAH NIM. 2014310016/ MUCHLISIN NIM. 2014310026

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS ISKANDARMUDA SURIEN – BANDA ACEH 2017

BAB I
PENDAHULUAN
                  
Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dan semen Portland atau bahan pengikat hidrolis lain yang sejenis, dengan atau tanpa bahan tambahan lain. Semen atau bahan pengikat dan air sebagai bahan pereaksi. Beton merupakan campuran yang mula-mula bersifat plastis kemudian mengeras yang mempunyai masa. Kekuatan beton dipengaruhi oleh faktor-faktor komposisi campuran, mutu bahan dasar, kondisi temperatur tempat beton mengeras dan cara membuatnya atau pelaksanaannya.
            Mutu beton adalah kuat tekan atau kuat desak beton pada umur 28 hari dari benda uji silinder standar. Dikatakan 28 hari karena pada umur tersebut semen secara optimal sudah mengeras (mulai mengeras ketika 45 menit). Mutu beton ada dua:
a.       Mutu Non-Struktural : beton dengan kuat tekan < 150 kg/cm² atau < 15 MPa, digunakan pada konstruksi non-struktural yang tidak dapat menahan beban.
b.      Mutu Struktural : beton dengan kuat tekan>150 kg/cm2 atau > 15 MPa digunakan untuk bangunan struktural yang mampu menahan beban (beban hidup hidup dan beban mati).
            Untuk mendapatkan atau menghasilkan mutu beton yang baik, maka kita perlu merencanakan komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton tersebut. Pada praktikum ini mutu beton yang direncanakan adalah mutu beton K-200. Total beton, selebihnya adalah kandungan zat lain seperti perekat dan pereaksi. Agregat terdiri dari fine sand (pasir halus), coarse sand (pasir kasar), dan coarse agregat (kerikil).
            Air yang digunakan pada praktikum ini berasal dari laboratorium konstruksi Bahan Bagunan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala dan agregat didatangkan dari sungai Krueng Aceh, Sedangkan semennya adalah Semen Andalas Indonesia (SAI) Type-I.
            Hal yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan campuran beton adalah mengadakan praktikum terhadap bahan dasar beton yaitu agregat sedangkan semen dan air tidak dilakukan praktikum. Praktikum terhadap agregat adalah Sieve Analysis (untuk menentukan gradasi agregat supaya jangan terlalu terlalu banyak pasir/kerikil), Bulk Density (untuk menentukan berat massa, berapa banyak berat yang harus kita masukkan), Specific Gravity (untuk menentukan berat jenis), kadar organik, Moisture Contain, dan Water Absorbtion.
            Campuran beton yang telah selesai akan diisi kedalam suatu tempat berbentuk silinder yang disebut sebagai benda uji. silinder terlebih dahulu di olesi dengan oli agar ketika dibuka nanti beton tidak lengket pada cetakan. Dari kuat tekan benda uji tersebut akan diperoleh karakteristik beton berdasarkan percobaan yang dilakukan. Pencampuran dan pengadukan beton dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk Mollen dengan nilai Slump yang direncanakan yaitu 7,5 – 10 cm mutu beton yang diinginkan adalah mutu beton  K-200 dengan alat yang digunakan adalah alat test kuat tekan (compressive strength).











BAB II
TUJUAN KEPUSTAKAAN

2.1       Material                                                                                 
            Material utama yang digunakan adalah agregat, yang meliputiCoarse Aggregate yaitu kerikil dengan butiran nya  > 5mm dan Fine Aggregate yang meliputi pasir kasar ( Coarse Sand), dan pasir halus (Fine Sand).
2.1.1    Agregat
            Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dengan ukuran butiran antara 0,075 mm - 150 mm. Dalam campuran beton, agregat merupakan bahan penguat dan pengisi.
            Menurut kejadiannya agregat dapat merupakan agregat alami (nature) dan agregat buatan. Contohnya adalah desintegrasi alami batu-batuan seperti kelikir, pasir, dan batu pecah atau (crusher stone) yang bagian besar butirnya berukuran antara 5 –  8mm. Agregat buatan adalah agregat yang dihasilkan sebagai produk lain seperti hasil pemecahan batu bata, terak lempung, terak dapur tinggi dan lain-lain yang sejenis.
            Agregat mempunyai keutamaan dalam peranannya dalam campuran beton diantaranya adalah:
a.       Menghemat penggunaan portland;
b.      Menghasilkan kekuatan pada beton;
c.       Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton;
d.      Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang padat;
            Berdasrkan kekerasan butiran yang digunakan dalam campuran beton dapat dibagi 2 (dua) jenis yaitu agregat halus dan agregat kasar.


2.1.1.1 Agregat Halus
            Agregat halus butiran-butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dengan ukuran 0,075-5 mm dan kandungan lumpur yang boleh terkandung < 0,063 mm (<5%). Persyaratan agregat halus menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) adalah :
a.       Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras dan bersifat kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur.
b.      Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering). Bilah lebih 5% harus dicuci.
c.       Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-HARDER dengan larutan NaOH 3%.
d.      Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan diatas dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan NaOH 3% yang kemudian dicuci bersih dengan air pada umur yang sama.
e.       Angka kehalusan (Fineness Modulus) antara 2- 3,2.
f.       Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam besarnya.
g.      Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.
h.      Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami sebagai desintegrasi alami dari batu-batuan atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu.
2.1.1.2 Agregat Kasar
            Agregat kasar biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau berubah batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan butirannya berukuran antara 5-150 mm. Ketentuan  agregat kasar antara lain :
a.       Agregat kasar halus terdiri dari butir-butir yang beranekaragamnya.
b.      Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori.
c.       Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%. Bilah melampui harus dicuci.
d.      Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti zat yang relatif alkali.
e.       Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji Rudeloff dengan beban uji 20 ton.
f.       Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-batuan atau berupah batu pecah yang diperoleh dari industri pemecahan batu.
2.1.2    Portland Cement (Semen Portland)
            Portland Cement (Semen Portland) adalah semen hidrolis (bahan pengikat hidrolis) yang di hasilkan dengan cara menggiling halus klinker, yang terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu.
            Sesuai dengan tujuan  pemakaiannya, semen portland dibagi menjadi 5 (lima) jenis, yaitu :
1.      Tipe I         : yaitu untuk konstruksi secara umum.
2.      Tipe II       : yaitu untuk konstruksi secara umum terutama sekali bila disyaratkan
  agak tahan terhadap Sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
3.      Tipe III      : yaitu untuk beton yang mengeras dengan cepat , dekenal dengan istilah
  beton dengan kekuatan awal tinggi.

4.      Tipe IV      :yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang
  rendah
5.      Tipe V       :yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan
  terhadap Sulfat
            Ketentuan-ketentuan dan syarat semen yang diharuskan dalam NI-8 antara lain :
a.       Untuk beton tertentu dapat juga dipakai semen lain, seperti semen Portlandtrass, semen alumina, semen tahan sulfat dan lain-lain.
b.      Untuk beton mutu BO selain jenis semen yang diatas dapat juga semen trass kapur.
c.       Untuk beton mutu K-200 dan mutu lebih tinggi, jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran  harus ditentukan dengan ukuran berat.
      Dalam percobaan ini, semen yang digunakan adalah semen Tipe I yang merupakan produksi PT.SAI dengan specific grafity 3,15
2.1.3    Air (Water)
            Air yang dimasukkan disini adalah sebagai bahan pembantu dalam konstruksi bagunanan meliputih kegunaannya dalam pembuatan dan perawatan beton, pemadaman kapur, adukan pasangan dan adukan plesteran. Air yang dapat dipergunakan dalam campuran beton dan perawatannya harus bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organis (yang dimasukkan dengan bahan-bahan organis adalah bahan-bahan yang berasal dari benda hidup) dan bahan-bahan yang merusak beton. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih (air aquades lebih baik), tetapi karena kesulitan memperolehnya/mahal maka boleh digunakan air yang terdapat di dalam alam seperti air sumur, air sungai, dan lain-lain dengan ketentuan memenuhi kriteria air minum.
            Pada kegiatan praktikum ini air yang digunakan berasal dari Laboratorium Konstruksi dan ilmu Bahan Bagunan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
2.2       Benda Uji
Berat sejumlah volume agergat tanpa mengandung rongga udara terhadap berat air pada volume yang sama. Specific Gravity dibedakan dalam dua keadaan yaitu Kekuatan karakteristik beton diperoleh dari hasil pengetesan sejumlah benda uji beton. Benda uji beton dapat berbentuk kubus 15x15x15cm3, kubus 20x20x20cm3 dan silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Berdasrkan PBI 1971, benda uji standar ialah kubus 15x15x15 cm3 sedangkan menurut ACI 211.1-77 adalah silinder ukuran 15 cm dengan tinggi 30 cm.
2.3       Metode Pratikum
2.3.1    Sifta-Sifat Fisis Agregat
            Untuk menentukan sifat-sifat fisis agregatdigunakan metode British Standart (BS) dan America Society for Testing  for Material (ASTM).
            Bulk Density merupakan petunjuk kepadatan aggregate, semakin padat suatu aggregate maka semakin tinggi Bulk Density.  Dalam penyilidikan Berat Volume (Bulk Density) dilaksanakan berdasarkan metode BS 812.
            Berat jenis (Specific Gravity) agregat adalah perbandingan keadaan jenuh permukaan (saturated surface dry) dan kering absolut (oven dry) berdasrkan meode BS 812. Pengukuran dilaksanakan dengan dua cara, yaitu penimbangan diluar dan didalam air untuk kerikil; danuntuk pasir berdasrkan metode Thawlow’s.
            Analisa saringan (sieve analysis) adalah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan. Analisa saringan (sieve analysis) bertujuan untuk menentukan gradasi agregat, supaya jangan terlalu banyak pasir atau terlalu banyak kerikil dengan cara menguraikan susunan butiran agregat yang diperoleh dari hasil penyaringan benda uji dengan menggunakan beberapa fraksi saringan. Dalam hal ini saringan standar yang digunakan berdasarkan metode ASTM.
2.3.2    Komposisi Campuran Beton ( Concrete Mix Design)
            Setelah bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton diteliti sifatnya, kemudian perencanaa komposisi campuran berdasarkan American Concrete Institude (ACI) 211.1-91.









BAB III
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN MATERIAL, PERHITUNGAN KOMPOSISI CAMPURAN BETON, DAN PEMBUATAN BENDA UJI

3.1       Pelaksanaan Pemeriksaan Material
3.1.1    Berat Volume (Bulk Density)
Tujuan             :Untuk menentukan berat volume pada agregat
Langkah Kerja            :
            Benda uji yang sudah dioven selama 24 jam dikeluarkan dari oven dan ditumbuk dengan lumpang. Benda uji dimasukkan 1/3 bagian dan ditumbuk sebanyak 25 kali, kemudian dimasukkan 1/3 bagian lagi sehingga akhirnya penuh. Hal ini  dilakukan 3 (tiga lumpang) dan masing-masing lumpang ditimbang beratnya.
3.1.2    Analisah Saringan (Sieve Analysis)
Tujuan             :
Untuk Menentukan gradasi (susunan butiran) agregat dan sebagai tolok ukur klasifikasi pemeriksaan persyaratan perencanaan campuran agregat untuk beton.
Langkah Kerja            :
            Selanjutnya setelah dihitung berta volumenya, benda uji dibawa ketempat penyaringan yang berukuran 31,5; 19,1; 9,5; 4,75; 2,36; 1,18; 0,6; 0,3; 0,15 cm; serta sisa. Saringan digoyangkan dengan tangan beberapa menit. Kemeudian masing-masing fraksi benda uji yang tertahan diatas saringan ditimbang beratnya.
3.1.3    Berat Jenis (Specific Grafity)
Tujuan             :
Untuk mengetahui berat jenis agregat

Langkah Kerja            :
            Benda uji direndam dalam air selama 24 jam dan dikeringkan hingga mencapai kondisi SSD. Kemudian benda uji dimasukkan kedalam keranjang lalu ditimbang beratnya diudara.Lalu benda uji dalam keranjang ditimbang beratnya dalam air. Setelah itu benda uji dioven pada temperatur 100-110 oC hingga mencapai kondisi kering oven (OD) dan ditimbang beratnya. Percobaan ini berlaku untuk Coarse Aggregate.
            Untuk Fine Aggregate, kondisi SSD didapat dengan cara memasukkan benda uji yang telah direndam 24 jam dan dikeringkan kedalam cetekan kerucut pasir yang terdiri dari tiga lapis, setiap lapisan ditumbuk 25x dengan tongkat pemadatan. Setelah permukaan diratakan, cetakkan diangkat fertikal, jika cetakkan rubuh maka menandakan bahwa benda uji sudah mencapai kering permukaan. Benda uji dalam keadaan SSD diisi kedalam gelas beserta tutup plat kaca dan ditimbang beratnya. Gelas diisi penuh dengan air guna menghilangkan udara yang dikandung benda uji, caranya adalah dengan membalik-balikkan tabung hingga buih-buih muncul kepermukaan air dalam tabung, kemudian ditimbang. Benda uji diisi kedalam kontainer, di oven hingga kondisi OD dan ditimbang beratnya.
3.1.4    Penyerapan (Absorption)
Tujuan             : Menentukan persentase berat air yang terserap. Absorbsi merupakan                         persentase perbandingan agregat dalam keadaan SSD dengan OD
Langka                        : Merupakan langkah lanjutan untuk menentukan berat jenis agregat

3.2       Pencampuran Komposisi Campuran Beton
            Pada percobaan ini mutu beton yang direncanakan adalah mutu beton dengan     K-200 dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 6 buah.
            Dari tabel A 1,5,3,3 jumlah air yang dibutuhkan adalah 186,76 kg/m3 (didapat secara interpolasi linier).
            FAS untuk non air entrained concrete dengan tegangan 207,5 kg/m2dari tabel A 1.5.3.4 adalah 0,612. Sehingga jumlah semen yang dibutuhkan
            =Jumlah Air Yang Diperlukan =   = 305,16 kg/m3
                  Faktor Air Semen       
           
Coarse Aggregate dengan diameter max 31,5 cm dengan dry rodded weight 1861 kg/m3. Jumlah Coarse Aggregate yang dibutuhkan diperkirakan menggunakan tabel A 1.5.2.6 adalah 0,69 m3(on dry rodded weight) dalam setiap m3 beton. Kebutuhan Coarse Aggregate (kering) adalah 0,69 m3 x 1861 kg/m3 = 1.284,09 kg.
            Dari tabel A 1.5.3.7.1, berat 1 m3 beton diperkirakan 2395,605 kg. Berat masing-masing bahan yang telah dihitung :
Air                   =  186,760 Kg
Semen                         =  260,474 Kg
CA                  =  1300,68 Kg
Jumlah             = 1747,914 kg

            Rumus estimasi campuran agregat halus, dengan perbandingan Fine Modulus (JISC/DOBOKUGAKKAI)
2,9                               = 2,568 (x) + 2,952 (1-x)
2,9                               = 2,568 (x) + 2,952 (1-x)
2,9-2,952                     = 2,568x-2,952
            -0,52                = -0,294
      X  = -0,052
               -0,294
Fs x     = 0,176 (Fine Sand)
CS       = 1 – x = 1 – 0,176 = 0,824 (Coarse Sand)  
Berat Fine Aggregate menjadi = 2395,6 – 1747,914 =  647,686 kg
BeratFine Sand                        = 0,021 x 647,686     =  13,601 kg
Berat Coarse Sand                   = 0,979 x 647,686     =  634,084 kg
            Untuk mencampur pada 6 benda uji standar, maka komposisi campuran yang dibutuhkan dapat di hitung :

V Silinder       
V 1 b.uji           = ¼ πd2 h
V 6b.uji            = 6 (¼) (3,14) (15)2 (0,3)
                        = 0,0053 m3   x 6 x 1,2
                        = 0,03816 m3
+10%               =0,03816 + 10% (0,03816)  m3
                        =0,03434 m3

V Kubus         
P x L x T         = 0,15 x 0,15 x 0,15
                        = 0,0037 x 6 x 1,2
                        = 0,02664 m3


Tabel 3.2.1 Komposisi Campuran Beton
Material
Berat 1 M³ Beton (KG)
Berat Beton (2) X 0,03498 (KG)
(1)
(2)
(3)
Air
186,760
7,12
Semen
275,457
10,51
Coarse Aggregate
1.284,09
49,00
Coarse Sand
524,569
20,01
Fine Sand
112,044
4,27
Jumlah
2.383,92
90,91

3.3       Pembuatan Benda Uji
            Setelah dilakukan mix design, kemudian dilaksanakan pembuatan benda uji dengan mengaduk campuran beton secara berutan dari Coarse Aggregate, Coarse Sand, Fine Sand, semen dan air kedalam Mollen. Kemudian mollen diputar selama lima menit.
            Setelah campuran beton teraduk rata, diadakan beberapa pengujian sebagai berikut :

I.          Slump Test
Tujuan             :
Menentukan kekentalan (konsistensi) adukan beton.
Langkah Kerja            :
            Campuran beton (fresh Concrete) diisi kedalam kerucut Abram’s yang ditempatkan diatas plat baja, dimana pengisiannya ada 3 lapisan (1/3 bagian kerucut) yang setiap lapisan ditumbuk sebanyak 25 X dengan tongkat besi. Saat pengisian kaki kerucut diinjak sampai cetakan tepat terisi. Lalu kerucut diangkat vertical dan diukur jarak turun permukaan terhadap tinggi semula.
II.        Air meter
Tujuan             :
Menentukan berat volume beton dan kandungan udara di dalam suatu  campuran beton.
Langka Keja    :
            Campuran beton diisi kedalam airmeter diatas 3 (1/3 bagian wadah airmeter) lapisan dan setiap lapisan ditumbuk 25 X dengan tongkat pemadatan. Kemudian sekeliling dindingnya diketuk dengan martil karet, agar butiran udara muncul ke permukaan. Ratakan permukaan adukan dan airmeter ditutup serta dikunci. Airmeter + benda uji ditimbang, untuk mengetahui berat volume udara. Dengan menggunakan pompa pada airmeter, jarum skala pada manometer digerakkan hingga terletak pada 0 (nol). Tekan klep nya agar jarum menunjukkan pada angka skala tertentu. Angka itu menyatakan kandungan udara dalam 1 m3 beton.
            Hasil                            : 10 cm
            Slump Test                   : 7,5 - 10 cm
            Berat Volume Beton   : 12,69 Kg
            Suhu                            : 25,5 oC
            Setelah dilakukan pemeriksaan diatas, benda uji diisi kedalam silindir hingga 1/3 bagian cetakan, lalu ditusuk 25x dengan tongkat berdiameter 15 mm dan panjang 25 cm dengan salah satu ujung dibulatkan, untuk memadatkan. Diisi lagi 2/3 dan jugak ditusuk 25x. Kemudian diisi hinga penuh, ditusuk dan diratakan dengan skop. Sekeliling dinding diketuk dengan martil karet agar beton benar-benar padat. 
            Selang 4 jam dari pengocaran setiap benda uji diberi Copping (diberi topi dengan mengoles pasta semen dipermukaannya). Untuk campuran pastanya (6benda uji) adalah
                        PC       = 5 kg
                        Air       = (0,29) x 5 = 1450 ml
            Kemudian dibiarkan 24 jam agar mengeras. Hal ini bertujuan agar permukaan datar, mulus dan beban terbagi secara merata ke seluruh benda uji.
3.3.1    Pembebanan Benda Uji
            Jumlah benda uji adalah sebanyak 6 buah, 3 buah yang diuji pada umur 7 hari  dan 3 buah yang diuji pada umur 28 hari. Benda uji tersebut dilakukan uji tekan, sebelumnya ditimbang dahulu.
Kuat tekan beton/benda uji dapat dihitung dengan rumus:
σ’bi=
Keterangan:
σ’bi      = Kuat tekan beton
P          = Beban hancur (ton)
A         = Luas penampang
            = ¼          
            =¼ (3,14)(15)2
            = 176,625 cm2








BAB IV
HASIL PENELITIAN


4.1       Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis
            Dari hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis material yang dilaksanakan untuk ketiga jenis material agregat yaitu Coarse Aggregate, Coarse Sand, dan Fine Sand;
Maka hasil penyelidikan tertera pada tabel berikut:
Tabel 4.1.1 Hasil Sieve Analysis
UKURAN SARINGAN (MM)
Persen rata-rata tinggal dalam saringan
Coarse Aggregate
Coarse Sand
Fiine Sand
31,5
0
0
0
19,1
15,525
0
0
9,52
40,088
0
0
4,76
28,55
8,193
0
2,38
10,915
40,997
10
1,19
2,05
15,077
17,547
0,60
0,975
26,133
25,467
0,30
0,73
25,073
28,086
0,15
0,37
12,457
14,033
Sisa
0,794
5,66
4,866
Total
100,000
100,000
100,000







Tabel 4.1.2 Hasil penelitian Sifat Fisis Agregat
No
Sifat-Sifat Fisis
AGREGAT
Coarse Aaggregate
Coarse Sand
Fine Sand
1
Specific Gravity SSD
2,704
2,592
2,614
2
Specific Gravity OD
2,672
2,507
2,32
3
Bulk Density (Kg/L)
1,940
1,878
1,662
4
Absoption (%)
2,602
31,280
4,073
5
Fineness Modulus (FM)
5,778
4,377
2,970

4.2       Hasil Pembebanan
Hasil pembebanan diperlihatkan pada tabel 4.2.1
Umur (hari)
Massa benda uji(kg)
Dimensi
Luas bidang (mm)
Beban maxs(m)
Kuat tekan  silinder(N/ )
Kuat tekan kubus
(kg/ )
Rata-rata silinder
(N/ )

L (mm)
D (mm)
Rata-rata kubus
(kg/ )
7
12,89
302
150
1766,25
20.500
11,606
139,83


7
12,79
302,5
151
1789,88
26.000
14,526
175,01
12,889
155,293
7
12,94
302,5
151
1794,62
22.500
12,537
151,04


28





29,319
215,12


28





29,712
269,38
82,821
238,953
28





29,790
232,36


Tabel 4.2.1 Hasil Kuat Tekan Benda                                                                                   

4.2.1    Perhitungan kuat tekan karakteristik benda uji 7 hari meliputi:
A.        Kuat Tekan Beton Rata-rata
σ’bm =
            =465,88 = 155,29 kg/cm2
                   3



B. Deviasi Standar
Tabel 4.1.2 Deviasi Standar
No
σ'bi
σ'bm
(σ'bi - σ'bm)²
1
139,83
155,29
239,011
2
175,01
155,29
388,878
3
151,04
155,29
18,062
465,88
465,87
Σ = 645,951

            Deviasi standar merupakan tolok ukur dari mutu pelaksanaan pekerjaan pembetonan. Berdasarkan PBI Deviasi Standar (S) diperoleh dari rumus :
       S   =         
            =         
            =                = 17,971
4.2.2    Hasil Kuat Tekan Benda Uji 28 Hari
Perhitungan kuat tekan karakteristik benda uji meliputih:
A.        Kuat Tekan Beton Rata-rata
σ’bm =
            =716,86 = 238,953 Kg/cm2
                    3







B. Deviasi Standar
Tabel 4.2.2 Deviasi Standar
No
σ'bi
σ'bm
(σ'bi - σ'bm)²
1
215,12
238,953
568,011
2
269,38
238,953
925,802
3
232,36
238,953
43,467
716,86
716,859
Σ = 1537,28
           
Deviasi standar merupakan tolok ukur dari mutu pelaksanaan pekerjaan    pembetonan. Berdasarkan PBI Deviasi Standar (S) diperoleh dari rumus :
      S    =         
            =         
            =                = 27,724
σ’bk     = σ’bm – k . S
            = 238,953 – (1,64) (27,724)
            = 238,953 – 45,467
            = 193,486 kg/cm2
Keterangan :
σ’bk = kuat tekan karakteristik
σ’bm = kuat tekan rata
k       = 1,64


            Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :
            = Mutu Beton Campuran x 100
                Mutu Beton Rencana

            = 238,953 x100
                 200

            = 119,476  %
Jadi, selisih persentase kekuatan beton terhadap mutu beton hasil pengujian  dengan kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah:
            =  119,476%  - 100%
            =  19,476 %





















BAB V
PENUTUP


5.1       Kesimpulan
            Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh :
1.      Kuat tekan beton karakteristik (σ’bk) sebesar 193,486Kg/cm2. Hal ini berarti kuat tekan mencapai 119,476% dari kuat tekan rencana.
2.      Kuat tekan beton rata-rata (σ’bm) yang diperoleh dari 6 benda uji sebesar 238,953 Kg/cm2 dengan nilai deviasi standar (S) sebesar 27,724 Tinggi slump Test yang diperoleh 10 cm, yaitu memenuhi syarat tinggi slump yang direncanakan yaitu 7,5cm – 10cm.
3.      Selisih persentase kekuatan beton rencana dan kekuatan beton hasil pengujian adalah 19,476%

5.2       Saran
            Penulis menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatan praktikum penulis melakukan beberapa kelalaian dan kekhilafan karena tidak ada manusia didunia ini yang sempurna. Karena setiap segala sesuatu yang telah kita lakukan insya Allah akan ada hikmahnya, semoga kekhilafan penulis menjadi bekal pengalaman penulis untuk melangkah ke depan ke arah yang lebih baik.
            Bedasarkan pengalaman penulis selama melaksanakan praktikuim, penulis menilai jadwal yang direncanakan tidak sesuai dengan pelaksanaan di lapangan. Tercatat ada sekitar 2 atau 3 kali mahasiswa yang ingin melakukan praktikum harus ditunda dengan beberapa alasan. Untuk itu penulis mengharap agar ke depan bisa di perbaiki dan diantisipasi sedari awal agar kegiatan yang kita lakukan tidak molor waktunya.
           





DAFTAR PUSTAKA

Adiyono, 2006, Kontruksi Beton, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Brook, L. J.Murdock, 1999, Bahan Dan Praktek Beton, terjemahan Ir. Stephanus
Hindarko, Pemerbit Erlangga, Jakarta.
Diraatmadja.1982, Membangun Ilmu Bangunan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hanafiah, M.Ali, 1995, Panduan Praktikum Merencanakan Komposisi CampuranStruktural, Laboratorium Kontruksi Dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik Unsyiah, Banda Aceh.
Moochtar, Ir. Radinal, 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia,Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya, Bandung.
Safel, dkk, 1993, Pedoman Pekerjaan Beton, Penerbit Erlangga, Jakarta.















Tidak ada komentar: